Selasa, 18 April 2017 13:38 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Anggota Front Pembela Islam (FPI), Habib Novel Bamukmin menjelaskan kronologis penyerangan sejumlah ormas ke kediaman Buya Abdul Majid Ketua Tanfidz DPD FPI DKI, Pada Senin (18/4/2017) pukul 23:40 WIB.
Cerita dimulai saat dua buah truk besar mengangkut tenda ke rumah Buya Majid yang terletak di Kramat Lontar, Senen, Jakarta Pusat.
"Karena tidak merasa pesan, keluarga Buya langsung mengatakan salah alamat. Tapi ternyata truk itu parkir tak jauh dari situ yang ternyata tenda tersebut dipesan oleh Saudari Ita (Ketua RelaNU DKI) yang sebelumnya mengadakan pengajian turut mendatangkan paslon no 2 Djarot ke rumahnya," ujar Novel saat dikonfirmasi, Selasa (18/4/2017).
Lebih lanjut, saat itu warga menolak dan acara tersebut segera bubar. Patut diketahui Ita merupakan putri dari Hizbiyah (Tokoh Fatayat NU). Warga mulai curiga, karena kejadian tersebut pernah dilaksanakan.
"Akhirnya entah bagaimana rumah saudari Ita didatangi oleh perwakilan dari warga, bang Japar, ACTA. Tapi yang punya rumah malah keluar sambil berteriak memaki tim ACTA, memprovokasi warga ( video) terlampir. Mereka merasa diawasi dan menuduh ACTA menfitnah mereka," ungkapnya.
Novel menyampaikan, dari hasil di lapangan warga mendapati tiga buah mikrolet yang diparkir untuk menjemput ibu-ibu dari acara pengajian yang diadakan oleh timses nomor 2 di rumah salah satu warga bernama Ani.
"Dari situ ibu-ibu tersebut dibawa ke rumah saudari Ita. Karena letaknya dekat. Salah seorang ibu yang keluar dari rumah Ita berhasil kita rekam. Dengan membawa sebuah kantong plastik entah berisi apa," kata Novel.
Setelah itu, dari informasi yang di dapat ada pembagian sembako setelah pengajian, di GOR Senen sekaligus acara istigosah, namun tidak jadi. Lebih lanjut, dari dalam mikrolet warga juga menemukan sejumlah kotak makanan dan tumpukan sajadah yang masih baru sebagai barang bukti.
"Sehabis dimaki oleh Ita pihak ACTA rencananya akan melaporkan hal ini ke Panwaslu. Bahkan Ibu Ita memaki juga mengancam akan melaporkan tim ACTA ke Polres Jakarta Pusat," jelasnya.
Akhirnya team ACTA dan wargapun membubarkan diri. Namun sekira Pukul 00.00 WIB, Buya Majid baru pulang dari acara Isra Mi'raj di poltangan. Melihat banyak konsentrasi massa tak dikenal di sekitar kramat.
"Tiba-tiba sekitar pukul 01.00 dini hari warga mendatangi rumah Buya Majid melapor bahwa ada konsentrasi massa berseragam banser dan preman-preman bertampang Ambon di sekitar Kramat Raya. Warga sontak keluar dan menghalau mereka. Melihat warga kompak mereka mundur. Tapi jumlah mereka kian banyak," ujar Wakil Ketua ACTA itu.
"Kamipun tidak tinggal diam. Kami segera menelpon laskar FPI . Banser dan preman menuju rumah kami sambil berteriak mana kyai?? Sambil mengacungkan senjata tajam. Mana kyai? Keluar!. Mereka kembali merangsek masuk ke Jalan Kramat Lontar. Di depan kantor KPJ ( Komunitas Peduli Jakarta) mereka mulai memukuli orang-orang yang sedang duduk di warung, di jalan dan lainnya. Tiga orang laskar yang lagi duduk memesan kopi jadi sasaran mereka," kata Novel.
Begitu kira-kira 10 meter dari rumah Buya Majid sontak warga, laskar berhadapan langsung. Sempat terjadi bentrok fisik dengan yang di barisan depan.
"Karena jumlah kami yang cukup banyak akhirnya mereka lari tunggang langgang. Sementara kami melihat di gang ada beberapa wartawan sdh menunggu," tegasnya.
Lebih lanjut, Novel mengatakan, pihaknya merasa curiga sudah banyak para awak media yang menunggu. Dirinya menduga penyerangan itu merupakan setingan.