Kamis, 13 April 2017 10:37 WIB

MSBI Ingatkan PSSI soal Rumah Judi Jadi Sponsor

Reporter : Eggi Paksha Editor : Yusuf Ibrahim
Sarman El Hakim (tengah) diapit Presiden klub Alianza Lima, Peru dan staf Kedutaan Peru. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) secara tegas menolak rumah judi menjadi sponsor utama klub atau kompetisi sepak bola di Tanah Air.

Sebab sebelumnya, muncul upaya menjadikan hal tersebut bagian dari sepak bola nasional seperti yang terjadi di beberapa klub Eropa. Ketua Umum MSBI, Sarman El Hakim, mengingatkan PSSI untuk tidak memberikan ruang bagi rumah judi untuk ambil bagian di dalamnya.

Sebab diterangkan Sarman, tidak ada sebuah negara yang besar atau berhasil akibat pembiayaan dari rumah judi. Sehingga dilajutkannya, PSSI sedikitpun tidak tergoda untuk mewujudkannya.

“Di Eropa saja, kita kasih contoh Inggris dan Belanda. Inggris batu satu kali juara Piala Dunia pada tahun 1966. Lalu Belanda hari ini terpuruk. Yang benar adalah negara harus bisa membina, menjaga pemain muda dan menciptakan kompetisi,” ujarnya.

“Kalau hari ini kita tergoda untuk medapatkan sponsor dari rumah judi, secara tidak langsung telah mencederi cita-cita para pendiri bangsa yang mengatakan sepak bola adalah alat perjuangan anak-anak Indonesia untuk membanggakan bangsanya di kancah internasional," tukasnya.

Karena itu, Sarman mengimbau PSSI tidak boleh mengambil keputusan dengan gegabah. Terlebih, disampaikannya, sepak bola Indonesia unik jika dibandingkan anggota FIFA yang berjumlah 209. Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan anggota FIFA lainnya. Utamanya, Indonesia bisa bermain sepanjang musim atau menggelar kompetisi sepanjang tahun.

"Faktor utama sepak bola Indonesia tidak berprestasi adalah karena tidak adanya transparansi dan kepercayaan. Sampai hari ini, Indonesia masih sibuk mencari bagaimana sistem kompetisi itu dilaksanakan. Jadi yang perlu disalahkan adalah pengurusnya,: tambahnya.

Untuk itu, Sarman memberikan contoh keberhasilan Peru dalam mengelola federasi sepak bola (FPF), kompetisi hingga klub. Lebih jauh dikatakan Sarman, FPF, sangat independen dan memanfaatkan jumlah penduduk (SDM) untuk menyakinkan para prodesen (sponsor) terlibat dalam kompetisi ataupun pembinaan.

"Alangkah naifnya jika kita yang SDM-nya jauh lebih banyak, tapi tidak bisa menarik para spansor. Keunggulan komparatif yang dimiliki tidak dimanfaatkan PSSI," katanya.

"Chili saja kini bisa mengalahkan rajanya sepak bola, yaitu Argentina, Brasil dan Uruguay. Chili bisa juara Copa America karena ada kesadaran dari federasinya karena sepak bola dibangun dari kejujuran, sportifitas, atau bahasa FIFA-nya, yakni fair play," pungakasnya.

Sementara itu, peluang rumah judi menjadi sponsor sempat menjadi pemikiran Ketua Umum PSSI, Letjen TNI Edy Rahmayadi. Bahkan Edi untuk tidak melarang adanya judi dalam sepak bola. Hanya saja menurutnya, judi tidak diperkenankan mengganggu jalannya pertandingan dan kaidah sportivitas.

Hal itu diungkapkan Edy saat menghadiri acara launching Liga 1, di Jakarta, belum lama ini. Nantinya, Liga 1 akan dimulai pada 15 April 2017 dan diikuti sebanyak 18 tim.

Selain itu, Edy juga menegaskan akan menindak tegas para pelaku judi bola yang terlibat dalam pertandingan di lapangan dan melanggar kaidah-kaidah sportivitas.

"Kalau saya lihat dan pelajari, judi yang paling besar masuk ke ranah sport. Jumlahnya bisa mencapai Rp20 miliar per pertandingan. Jika dikalikan 300 saja itu sudah mencapai 20 triliun," ujar Edy kepada wartawan.

"Tindakan untuk memberantas pelaku judi bola Saya akan berbuat yang terbaik untuk bangsa ini. Silakan berjudi tapi jangan sampai mengganggu ke dalam arena lapangan," tutupnya.(exe)


0 Komentar