Senin, 10 April 2017 14:34 WIB

Marak Isu SARA, Peneliti LIPI Sebut Pilkada DKI 2017 Terburuk Sepanjang Sejarah

Reporter : Sriyanti Lumban Gaol Editor : Hendrik Simorangkir
Diskusi Pilkada bersih-sehat waspada operasi peci kumis di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat. (Foto: Yanti)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) berlangsung serentak di 101 wilayah, namun Pilkada DKI Jakarta menjadi ikon yang disorot. 

Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zhuro menilai Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung ketiga ini merupakan yang terburuk dari dua Pilkada DKI sebelumnya, pasalnya isu Kebhinekaan Tunggal Ika kembali diperjualbelikan.

"Permasalahan di DKI ini kesenjangan sosial, jangan dialihkan ke isu Bhineka tunggal Ika. Jangan dijualbelikan lagi. SARA sebagai bahaya laten karena diulang-ulang," ujar Siti saat ditemui dalam diskusi Pilkada bersih-sehat waspada operasi peci kumis di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat. Senin, (10/4/2017).

Siti menuturkan, sudah sepantasnya para kandidat yang maju dalam Pilgub DKI tidak perlu menjadi orang lain (be your self) dengan visi dan misi yang spesifik, untuk itu yang perlu di rekonfirmasi adalah apa visi dan misinya.

"Pilkada DKI berbeda dengan Pilkada 2012 lalu, tetapi saat ini belum pencoblosan sudah ala politik. Seharusnya isu SARA tidak perlu. Kalau saya orang Jawa Timur, ya saya akan menunjukan diri sendiri. Tidak perlu mendadak menjadi orang lain. Jadi jangan kemana-mana hanya untuk meminta belas kasihan untuk mengundang simpati masyarakat," pungkasnya.


0 Komentar