Jumat, 10 Maret 2017 07:09 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena para pedagang bersiap untuk kemungkinan kenaikan suku Federal Reserve meskipun dolar AS dan data AS melemah.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April turun 6,2 dolar AS, atau 0,51 persen, menjadi menetap di 1.203,20 dolar AS per ounce.
Para investor terutama fokus pada menyesuaikan posisi mereka di logam mulia, karena ekspektasi untuk kenaikan suku bunga pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Mereka percaya Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,75 ke 1,00 selama pertemuan FOMC Maret.
Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk menaikan suku bunga dari 0,50 ke setidaknya 0,75 adalah 84 persen pada pertemuan Maret dan 78 persen untuk pertemuan Mei, bersama dengan peluang 7,0 persen kenaikan ke suku bunga 1,0.
Namun, emas dicegah dari penurunan lebih lanjut karena indeks dolar AS turun 0,25 persen menjadi 101,87 pada pukul 18.30 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar AS turun maka emas berjangka akan naik, karena emas yang diukur dengan dolar AS menjadi lebih murah bagi investor.
Logam mulia diberi dukungan lebih lanjut ketika Dow Jones Industrial Average AS turun 22 poin, atau 0,11 persen pada pukul 18.30 GMT.
Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman. Sebaliknya, ketika ekuitas AS membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.
Pedagang sedang menunggu laporan ketenagakerjaan besar pada Jumat (10/3) waktu setempat, dan Senin (13/3) pekan depan laporan indeks kondisi pasar tenaga kerja serta pada Selasa (14/3) dimulainya pertemuan OMC dan indeks harga produsen.
Perak untuk pengiriman Mei turun 26,2 sen, atau 1,51 persen, ditutup pada 17,036 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 12,3 dolar AS, atau 1,30 persen, menjadi 937,20 dolar AS per ounce, demikian laporan Xinhua.(exe/ist)