Jumat, 03 Maret 2017 07:16 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Bank Indonesia (BI) Cabang Tegal bersama Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat SMP dan SMA sederajat se-Pekalongan dan Pemalang, Jawa Tengah, mengenalkan rupiah baru NKRI di Islamic Center Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Kamis (02/03/2017).
Ketua Panitia Asrori, mengatakan, sosialisasi uang baru dan diberikan kepada para siswa SMP, MTs, SMA, MA, SMK se-Kebupaten Pekalongan dan sebagian Kabupaten Pemalang, untuk mengenalkan BI kepada para guru dan siswa setempat. "Juga untuk mengenalkan rupiah baru," katanya.
Menurutnya, sosialisasi rupiah baru dan BI sangat baik untuk menambah pengetahuan siswa dan guru pengajar ekonomi-akuntansi. Selain itu, para siswa maupun guru juga bisa menukarkan rupiah lama dengan rupiah tahun emisi 2016.
"Baru pertama kali dilakukan sosialisasi di sini. Jadi selain bisa menukarkan uang baru NKRI, juga bisa menambah ilmu," katanya.
Sementara itu Manajer Unit Assesment Statistik Survei dan Liason BI Tegal, Febrina, mengatakan, kegiatan sosialisasi tersebut bertujuan untuk lebih mengenalkan spesimen rupiah tahun emisi 2016. Selain itu juga ciri keasliannya kepada para siswa dan para guru.
"Khususnya guru mata pelajaran ekonomi-akuntansi, jadi mereka bisa lebih mengenal uang NKRI secara lebih spesifik," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga ingin meluruskan isu negatif yang belakangan beredar di masyarakat, yakni terkait logo dan gambar yang tertera pada spesimen uang baru. Dia menegaskan, BI tidak berafiliasi kepada partai politik (parpol), maupun organisasi apapun.
"Di sini kami tegaskan bahwa BI tidak berafiliasi dengan parpol, tokoh agama, organisasi atau pihak manapun dalam menampilkan atribut yang tertera pada spesimen uang baru itu," tandasnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, sosialisasi tersebut juga mengenalkan tugas-tugas Bank Indonesia selaku bank sentral. Sebab, masih banyak yang belum mengetahui terkait hal itu. "Jadi baik siswa maupun guru terutama ekonomi-akuntansi bisa mengetahui tugas-tugas bank sentral," terangnya.
Asisten Manager BI Tegal, Bambang Anggoro, mengakui masih banyaknya masyarakat yang belum sepenuhnya memahami dan mengetahui spesimen serta karakteristik rupiah baru. Sehingga masih banyak masyarakat yang lebih memilih bertransaksi dengan rupiah lama.
"Jadi masih banyak yang lebih memilih menggunakan rupiah lama. Sebab banyak yang belum mengetahuinya. Tapi kalau di wilayah Tegal-Pekalongan, alhamdulilah sudah banyak masyarakat yang mengenal uang baru ini," katanya.
Menurutnya, jika masyarakat sudah mengenal dan memahami spesimen rupiah baru tersebut, peredaran uang NKRI tersebut akan lebih maksimal. "Jika masyarakat sudah mengenal dan memahami karakteristiknya, maka peredaran uang NKRI di masyarakat akan lebih baik dan maksimal," tambahnya.(exe/ist)