Rabu, 01 Februari 2017 23:07 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan pemerataan terhadap akses pendidikan maupun kesehatan bisa menjadi salah satu kunci untuk mengatasi ketimpangan dan mengurangi tingkat kesenjangan.
"Kunci untuk menurunkan gini rasio adalah menurunkan ketimpangan kesempatan. Kesempatan untuk mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, aset maupun modal," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (01/02/2017).
Ia mengatakan angka gini rasio yang pada September 2016 tercatat mencapai 0,394 merupakan pencapaian yang baik, namun masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menekan kesenjangan di masyarakat.
Untuk itu, ia menyambut peluncuran program komprehensif kebijakan ekonomi berkeadilan yang bertujuan untuk pemerataan penghasilan, redistribusi aset, legalisasi lahan, kemudahan modal dan peningkatan pendidikan baik formal maupun vokasi.
"Kalau ingin gini rasio itu bisa diturunkan artinya kita harus memberikan equal access kepada lapisan bawah masyarakat baik kota dan desa," ujar Suhariyanto.
Menurut dia, apabila pemerintah terlambat mengatasi kesenjangan ini maka dampak buruk yang bisa ditimbulkan adalah tumbuh suburnya paham terorisme dan radikalisme.
"Ketimpangan maupun kemiskinan perlu diperhatikan karena bisa memengaruhi dan menyebabkan konflik sosial. Mereka yang merasa bukan bagian dari negara ini, tersisihkan dan tercerabut, bisa saja dipengaruhi oleh radikalisme," katanya.
Sebelumnya, BPS mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia menurun, terlihat dari angka gini rasio yang pada September 2016 tercatat sebesar 0,394.
Angka ini menurun sebesar 0,003 poin jika dibandingkan dengan gini rasio pada Maret 2016 sebesar 0,397 dan menurun 0,008 poin jika dibandingkan gini rasio pada September 2015 sebesar 0,402.
Gini rasio di daerah perkotaan tercatat sebesar 0,409 atau turun dibandingkan periode Maret 2016 sebesar 0,410 dan September 2015 sebesar 0,419. Sedangkan, gini rasio di daerah perdesaan sebesar 0,316 atau turun dibandingkan periode Maret 2016 sebesar 0,327 dan September 2015 sebesar 0,329.
"Memang ketimpangan kota selalu lebih tinggi daripada desa. Karena memang gap di antara lapisan penduduk di kota memang tinggi. Di pedesaan relatif sama, karena sebagian besar bekerja di pertanian. Ke depan kita memang harus berusaha menurunkan gini rasio di kota," tambah Suhariyanto.(exe/ist)