Sabtu, 21 Januari 2017 07:27 WIB

Gambia Miliki Dua Presiden

Editor : Yusuf Ibrahim
Presiden terpilih Gambia, Adama Barrow (baju putih). (poto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden terpilih Gambia, Adama Barrow, resmi dilantik pada Kamis (19/01/2017) di tengah kebuntuan politik, di mana pendahulunya diktator Yahya Jammeh tetap menolak lengser.

Kondisi ini membuat Gambia memiliki dua presiden. Jammeh yang sudah berkuasa 22 tahun dan kalah dalam pemilu Desember lalu menolak lengser dengan alasan kubu Barrow curang.

Barrow dilantik tidak di Ibu Kota Banjul, Gambia. Tapi, dilantik di Kedutaan Besar Gambia di Senegal. Barrow telah tinggal di pengasingan di Senegal sejak Jammeh menolak lengser yang memicu krisis politik di Gambia.

Presiden Barow menemuai massa pendukungnya di luar kantor diplomatik Gambia di Dakar, di mana pejabat dari seluruh Afrika berkumpul untuk menyaksikan pelantikannya. Para pendukung Barrow melambaikan bendera Gambia dan mengenakan T-shirt bertuliskan slogan ”Gambia telah memutuskan”.

Dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Gambia, Barrow mengatakan bahwa penobatannya sebagai hari bersejarah bagi Gambia. Sebab, pemilu yang dia menangkan merupakan pemilu pertama sejak Gambia merdeka tahun 1965.

”Ini adalah kemenangan bagi bangsa Gambia, bendera kita sekarang akan terbang tinggi di antara semua negara-negara demokratis,” kata Barrow, seperti dikutip IB Times, Jumat (20/01/2017). 

“Semua rakyat Gambia adalah pemenang, dalam pemilu ini tidak ada pecundang. Kami di sini sebagai persatuan Gambia, satu rakyat, satu bangsa,” ujarnya.

Barrow juga membahas krisis politik yang sedang berlangsung di negaranya, yang secara tidak langsung memiliki dua presiden karena Jammeh menolak lengser. Dia meminta Uni Afrika dan Dewan Keamanan PBB menegakkan kehendak rakyat Gambia.

Presiden baru Gambia ini meminta militer untuk tetap setia pada konstitusi dan komandannya dia minta bersumpah setia kepadanya. Barrow menambahkan pasukan di bawah kendalinya harus tetap di barak. Setiap yang melanggar perintahnya akan dianggap sebagai pasukan musuh atau pengkhianat negara.

Sementara itu, pasukan dari Nigeria dan Senegal yang beroperasi atas nama ECOWAS sudah siap untuk campur tangan di Gambia. Pasukan gabungan itu menunggu batas waktu tengah malam, yakni batas akhir masa jabatan Presiden Jammeh berakhir.(exe/ist)