Laporan: Rachmat KurniaBEKASI, Tigapilarnews.com - Fenomena ‘Om Telolet Om’ yang booming pekan ini mengisahkan cerita tersendiri bagi para sopir bus berklakson ‘telolet’.Satu di antaranya Hendra Gunawan (37). Sopir bus PO Budiman jurusan Bekasi-Garut menganggap fenomena ‘Om Telolet Om’ sebagai hiburan semata."Hiburan saja ini mah, tapi seru juga, ngeliat anak-anak pada di pinggir jalan minta dibunyiin, tapi klakson saya kan belum telolet, jadi kadang suka disorakin gitu sama anak-anak. Tapi, kalau klakson itu (telolet) sudah dari zaman Bus Mania tiga tahun lalu juga sudah ada. Saya enggak ngerti kenapa baru booming sekarang," jelas Hendara, ketika dibincangi, di Terminal Kota Bekasi, Senin (26/12/2016) siang.Sopir bus PO Budiman lainnya, Enceng Hermana (37) jurusan Bekasi-Tasikmalaya yang menggunakan klakson bersuara telolet mengaku senang dengan bunyi klakson ‘telolet’."Saya mah ngikutin tren aja, biar gaul. Ini juga belum lama belinya. Seru aja gitu, lagi di jalan di daerah Tasik ada anak-anak minta dibunyiin. Mereka pada ketawa, seneng aja ngeliatnya, menghibur orang lah," ujar Enceng sambil tertawa.Enceng mengaku, memasang klakson telolet di bus yang dibawanya merogoh kocek pribadi, bukan duit perusahaan."Dana pribadi, kalau bos (perusahaan) mah enggak mau modalin. Kalau harga (klakson teloet) mulai dari Rp 600 ribuan, paling mahal sampai Rp 2 juta. Saya pakai klakson telolet standar Rp 1 jutaan, itu juga suaranya udah enak," ucap Enceng.Saat ditanya mengenai larangan penggunaan klakson telolet, Enceng mengaku pasrah dengan aturan tersebut."Ya, mau gimana lagi, ikutin aturan aja saya mah. Kalau harus dicopot ya dicopot. Saya mah ikut-ikutan aja, biar gaul," pungkas Enceng.