JAKARTA, Tigapilarnews.com- Situs anti-kerahasiaan WikiLeaks kembali membocorkan dokumen e-mail kandidat Presiden Amerika Serikat (AS), Hillary Rodham Clinton.Kali ini, bocoran dokumen itu menyebut Arab Saudi dan Qatar memberikan bantuan keuangan dan logisitik untuk kelompok ISIS atau Islamic State secara rahasia.Dokumen surat elekronik Hillary yang dibocorkan WikiLeaks tersebut merupakan dokumen yang dikirim ke ketua kampanyenya, John Podesta. Dokumen tersebut tertanggal 17 Agustus 2014.Menurut WikiLeaks, bertentangan dengan jaminan Saudi dan Qatar yang tidak mendukung ISIS, Hillary Clinton tampaknya percaya bahwa mereka sebenarnya memberikan dukungan keuangan dan logistik secara rahasia untuk ISIS dan kelompok Sunni radikal lainnya di wilayah Timur Tengah.Dokumen itu dibocorokan WikiLeaks hari Senin kemarin. Situs yang didirikan Julian Assange ini sudah bersumpah membocorkan sejuta dokumen rahasia terkait Pemilu Presiden AS dan tiga negara lain sebelum Pemilu Presiden AS digelar November mendatang.”Sementara operasi militer/para-militer ini bergerak maju, kita perlu menggunakan aset intelijen diplomatik dan lebih tradisional kami membawa tekanan pada Pemerintah Qatar dan Arab Saudi, yang memberikan dukungan keuangan dan logistik secara rahasia untuk ISIS dan kelompok Sunni radikal radikal lainnya di wilayah ini,” bunyi e-mail Hillary yang ditujukan untuk Podesta.”Upaya ini akan ditingkatkan dengan komitmen melangkah di KRG (Pemerintah Daerah Kurdi). Qatar dan Saudi akan dimasukkan ke dalam posisi menyeimbangkan kebijakan antara kompetisi mereka secara terus-menerus untuk mendominasi dunia Sunni dan konsekuensi dari tekanan serius AS,” lanjut surat elektronik Hillary, seperti dikutip Russia Today, Selasa (11/10/2016).Tak hanya ISIS, e-mail Hillary juga menuduh Saudi mendanai organisasi teroris lainnya, seperti Al-Qaeda dan Taliban. Kebijakan Saudi soal penyiksaan dan eksekusi publik juga diulas dalam surat elektronik Hillary.Hillary Clinton tidak mengkonfirmasi bocoran surat elektroniknya. Pemerintah Saudi dan Qatar juga belum berkomentar atas bocoran dokumen yang menyudutkan kedua negara itu.WikiLeaks tidak pernah bersedia mengungkap mendapatkan dari siapa dokumen rahasia itu. Namun, kubu Hillary dan Pemerintah AS telah menduh kelompok hacker yang bekerja untuk Rusia sebagai biang kebocoran dokumen Hillary dan Komite Nasional Demokrat (DNC).(exe/sit)