Laporan: Gita GintingJAKARTA, Tigapikarnews.com - Menyikapi adanya penangkapan 2 pelaku sindikat pupuk non-subsidi oplosan, Kepala Corporate Comunication Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana menghimbau kepada petani untuk berhati-hati dalam membeli atau menggunakan pupuk untuk lahan pertaniannya.Pasalnya, penjualan pupuk oplosan tersebut sudah tersebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia salah satunya yakni provinsi Sumatera."Pupuk yang palsu mungkin nyaris sama dengan tidak dipupuk digunakan di lahan yang sama, jadi para petani harus berhati-hati. Karena bahan-bahan baku seperti garam dan kapur tidak ada sama sekali manfaatnya buat tanah," ujar Wijaya, di Polda Metro Jaya, Senin (5/9/2016) siang.Menurutnya, sindikat pupuk oplosan sangat merugikan para petani. Sebab, jika petani menggunakan pupuk asli dan berkualitas baik, maka-maka rata-rata lahan pertanian di Indonesia akan menghasilkan padi dengan rata-rata 5-6 ton per hektar.Sedangkan, jika petani menggunakan pupuk palsu, maka hasil produksi pertanian akan berkurang setengahnya.Hal itu tentunya, bila kerugian dikakulasikan dengan harga jual gabah Rp 3500 per kilogram, maka petani akan mengalami kerugian rata-rata Rp 6 juta per hektar."Jadi kita bandingkan saja harapannya bisa dapat 5 ton tapi ternyata 2 ton per-panen, berarti kerugiannya sekitar 3-4 ton per hektar. Mereka berharap bisa mendapat Rp15 juta hingga Rp17 juta dari lahan mereka, mungkin separuhnya hanya Rp6 juta Rp8 juta," jelas Wijaya.Wijaya pun menjelaskan, hasil dari laboratorium terhadap kandungan unsur hara didalam pupuk oplosan tersebut, bernilai sangat rendah, yakni dibawah 1 persen. Sedangkan anjuran pemerintah untuk tanaman pangan komposisi 15 persen."Nitrogen kalau asli 6 persen, sedangkan hasil uji pupuk palsu hanya 0,1. Kandungan phospor juga dibawah satu persen dan kalium juga dibawah 1 persen," tambah Wijaya.Menanggapi hal tersebut, Wijaya meminta agar para petani atau konsumen teliti sebelum membeli pupuk. Sebab secara kasat mata pupuk asli dan pupuk palsu bida dilihat perbedaannya secara kasat mata."Pada karung resmi tercetak hurup merk yang cerah, berlogo produk, daftar komposisi, tertera hasil laboratorium dan ada tulisan SNI. Kalau pupuk bersubsidi dikarungnya ada kode barkot yang diprint. Jahitannya tebal juga kuat. Jadi ketika pupuk bersubsidi kita bisa melacak karung ini berasal dari pabrik yang mana," tandas Wijaya.