Kamis, 11 Agustus 2016 09:28 WIB

Pangkostad Edy Dinilai Jadi Tameng kelompok 85

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kongres pemilihan ketua umum (Ketum) PSSI akan digelar 17 Oktober mendatang.

Keputusan itu diambil pada forum Kongres di Jakarta, yang berlangsung Rabu (03/08/2016), dan disetujui 103 voters (pemilik suara). Pemilihan tanggal kongres pemilihan Ketum PSSI itu juga berdasarkan kode pemilihan PSSI.

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) serta Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) mengabulkan permohonan KLB dan memberi tenggat pelaksanaan paling lambat 31 Oktober 2016.

 

Untuk saat ini, mayoritasi kelompok 85 voters mendukung Letjen TNI Edy Rahmayadi (Pangkostrad) untuk menggantikan La Nyalla Mahmud Matalitti. Bahkan salah satu pelopor K-85, Umuh Muchtar mengklaim pihaknya sepakat untuk mencalonkan petinggi PS TNI tersebut. Edy disebut-sebut memiliki potensi untuk memimpin PSSI ke arah yang lebih baik.

"Kalau seperti ini, reformasi kepengurusan agar sepak bola mampu berjalan dengan baik, tidak akan terwujud. Sepak bola adalah alat perjuangan, dan bukan milik kelompok atau segelintir orang saja," ujar Ketum Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI), Sarman El Hakim.

"Kenapa harus Edy? Ada apa? Memang tugasnya sebagai Pangkostrad mudah? Apakah dia tidak punya tugas-tugas penting sampai harus dipaksakan atau menerima bujukan sebagai ketum PSSI?" tukasnya.

Ditambahkan sarman, jika hal tersebut mencerminkan regenerasi kepengurusan di sepak bola Indonesia tidak berjalan. Padahal seharusnya, dukungan diberikan kepada insan-insan sepak bola yang selama ini benar-benar aktif dan berkecimpung di pentas sepak bola.

"Ini mencerminkan jika kaderisasi kita tidak berjalan. Manajer-manajer tim atau ketua umum klub profesional, pengusaha muda, seharusnya yang maju atau didorong di KLB. Kelompok 85 jangan jadikan Edy sebagai tameng," imbuhnya.

Karena itu, Sarman meminta pemerintah tidak hanya memantau kegiatan KLB PSSI 2016. Melainkan, ditambahkannya, turun tangan dengan ikut melakukan seleksi terhadap calon-calon yang akan maju atau didorong menjadi ketum PSSI.

"Ini bukan intervensi. Sebab kalau seperti ini terus, jangan bicara soal melakukan reformasi di kepengurusan atau dan berbenah dalam tata kelola sepak bola nasional. Kita tidak bisa mengharapkan apa-apa jika situasinya tetap seperti ini. Sangat terbuka ruang untuk munculnya komite atau apapun yang nantinya mengatasnamakan penyelamat sepak bola seperti pada periode sebelumnya," tuturnya.

Sebelumnya, PLT Ketum PSSI, Hinca IP Pandjaitan, mengatakan jika pelaksanaan pemilihan maju dua minggu dari 31 Oktober. Awalnya yakni, 31 Oktober setelah tiga bulan dari kesepakatan FIFA bahwa maksimal kongres digelar 31 Oktober. Dengan demikian, Komite Pemilihan (KP) agar bisa cepat langsung bekerja.

Dikatakannya lagi, para calon ketum hanya memiliki waktu 10 pekan hingga 17 Oktober mendatang guna mempersiapkan diri untuk bertarung dalam pemilihan. Selain menentukan tanggal pemilihan, juga disahkan Agum Gumelar sebagai Ketua Komite Pemilihan (KP).

Dengan demikian, para calon atau yang dicalonkan menjadi ketum PSSI agar mendaftar kepada KP yang dipimpin Agum.(exe)
0 Komentar