Kamis, 21 Juli 2016 17:31 WIB

PDIP Diyakini Tak Akan Usung Ahok di Pilgub DKI

Editor : Rajaman
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro merasa yakin PDI Perjuangan (PDIP) tidak akan mengusung atau mendukung petahana, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dalam pilGUB DKI 2017. Banyak alasan yang secara logika tidak bisa diterima jika PDIP mengusung Ahok.

“Secara logika tidak mungkin PDI Perjuangan akan mengusung Ahok. Banyak hal yang akan dipertimbangkan PDI Perjuangan untuk tidak memilih petahana itu meski dikatakan Ahok adalah calon kuat saat ini,” ujar Siti saat dihubungi, Kamis (21/7/2016).

Alasan pertama yang menurut Siti yang akan membuat Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri tidak akan mengusung Ahok adalah karena Ahok sendiri bukanlah kader. Sementara PDIP sebagai pemenang pemilu secara nasional maupun DKI Jakarta memiliki banyak kader yang bisa diusung.

“Selain itu sejarah Ahok yang tidak pernah loyak pada partai yang pernah mengusungnya mulai dari ketika menjadi Bupati Belitung Timur, anggota DPR sampai ketika menjadi calon wakil gubernur. Dia selalu meninggalkan partai-partai itu,” tambahnya.

Faktor Ahok yang di awal selalu menggembargemborkan maju menjadi calon independen dan menjelek-jelekan partai politik dan mengelu-elukan 'Teman Ahok' yang katanya mampu mengumpulkan 1 juta KTP dukungan, tentunya juga telah membekas tidak baik buat PDIP.

“PDIP tentunya tidak mau dijadikan seperti sekoci ketika ternyata muncul keraguan dalam proses pengumpulan 1 juta KTP dan dikabarkan bermasalah karena banyak manipulasi. Ketika bermasalah baru Ahok mendekat, tentunya PDI Perjuangan tidak mau diperlakukan seperti itu,” terang Siti.

PDIP tentunya juga mempertimbangkan resistensi masyarakat Jakarta terhadap Ahok. “Dulu ketika Fauzi Bowo(Foke) jadi petahana, resistensi itu hanya pada soal powerfullnya saja dan tidak ada sentimen-sentimen ataupun isu-isu lain. Namun dalam kasus Ahok, banyak sekali resistensi seperti adalah permasalahan hukum, silang pendapat dengan berbagai pihak termasuk institusi baik di pusat maupun daerah sendiri. Dulu era Foke tidak ada sampai gerakan anti Foke, tapi sekarang banyak sekali gerakan anti Ahok. Ini tentunya juga akan menjadi pertimbangan,” papar dia.

Terkait banyaknya survei termasuk survei SRMC yang mengatakan bahwa 87 persen pemilih PDIP akan memilih Ahok, Siti tidak mempercayainya. Dirinya mengaku sangat selektif dengan hasil-hasil survei yang dipublikasikan karena kebanyakan hanya merupakan upaya mempengaruhi opini publik itu sendiri.

“Sejak 2008 saya tidak percaya survei begitu saja, karena banyak survei pesanan.Kalau sekarang dikatakan Ahok nomer satu, yah jelas saja karena memang belum ada lawan yang sudah mendeklarasikan diri dan mendapat cukup dukungan partai. Kalau mau hasil survei benar, maka seharusnya calon itu seimbang, sama-sama punya dukugan partai, dikontestasikan, baru disurvei. Lah ini belum ada lawan kok disurvei, yah jelas menang, wong belum apa-apa sudah dilakukan penilaian,” cetus dia.

Siti sendiri yakin bahwa jika PDIP mengusung kadernya sendiri seperti Djarot atau Risma, maka akan lebih mendapatkan dukungan karena resistensi terhadap mereka sangat kecil. Risma terutama menurut Siti dikenal sebagai pemimpin yang lugas dan jujur serta mampu mengeksekusi kebijakan tanpa harus ribut dengan lembaga-lembaga lainnya.

”Kalau survei di Surabaya, Risma dijagokan, yah wajar karena memang tidak ada lawan dan Risma tidak memiliki resistensi seperti halnya Ahok di Jakarta. Sama seperti survei Bupati Banyuwangi, Azwar Anas juga seperti survei Risma,” imbuhnya.

Ditanyakan mengenai faktor SARA yang bisa dimainkan terhadap Ahok, Siti menilaia isu SARA dimanapun di dunia ini termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun adalah hal yang alamiah.Isu SARA selalu dijadikan komoditiy dan digunakan oleh pihak manapun.

“Di AS saja, Donald Trump memainkan isu anti Islam dan anti imigran karena dia berpikir bisa menarik dukungan kaum kulit putih. Itu dijadikan komodity. Nah di Indonesia isu ini tidak begitu bisa dimainkan karena ada Bhineka Tunggal Ika, namun karena sikap dan perilaku Ahok yang selalu menuai perlawanan, dan Ahok nampaknya memang berinvestasi di hal-hal yang sangat sensitif, maka isu SARA kembali akan dimainkan. Tingkah laku Ahok akan jadi bumeran sendiri untuk dirinya,” ujar Profesor Riset ini.

Sikap PDIP yang menurutnya akan menolak Ahok sendiri menurut Siti tentunya berbeda dengan sikap Partai Golkar yang meski memiliki kader-kader yang kuat,tapi tetap mendukung Ahok yang non kader.

“PDI Perjuangan itu pemanang pemilu berbeda dengan Golkar. PDIP dengan jumlah kursi 28 dari 22 kursi yang disyaratkan tentunya mampu mengusung sendiri calonnya sama seperti PKS di zaman dulu. Partai pemenang tentunya juga memiliki obsesesi untuk mengusung calonnya sendiri,” tandasnya.
0 Komentar