JAKARTA, Tigapilarnews.com- Antonio Conte mengeluarkan curahan hatinya selepas Italia disingkirkan Jerman saat perempat final Piala Eropa 2016.Dia mengaku kurang mendapat dukungan setelah tugasnya sebagai pelatih telah berakhir. Conte menerima dua pelakuan berbeda dalam sepekan terakhir. Arsitek berusia 46 tahun itu sempat disanjung setinggi langit setelah membantu Italia mengalahkan Spanyol 2-0 di fase 16 Besar.Conte dianggap maestro karena mampu mengubah persepakbolaan Italia menjadi lebih baik. Mayoritas publik Gli Azzurri mengakui dan memuji hasil kerjanya. Semua pemain juga mengaku bangga menjadi anak asuhnya.Tapi, semua itu hilang seketika seusai Italia tumbang 5-6 (1-1) dari Jerman saat adu penalti di Stade Matmut-Atlantique, Minggu (03/07/2016). Tiba-tiba saja Conte menjadi musuh masyarakat. Tidak ada yang memberinya dukungan moril. Itu membuatnya merasa dikhianati.“Tidak ada seorangpun yang menemani saya, baik itu media atau siapapun. Ini selalu (Antonio) Conte melawan semua orang. Saya terus berjuang demi kebaikan timnas Italia, bukan untuk diri sendiri,” keluh Conte, dilansir football-italia.Conte merasa tidak pernah diperlakukan sebagai anggota keluarga. Meski bekerja keras demi kebaikan negara, dia seperti sedang menjalani pengasingan. Tidak ada yang mau memahami perasaannya.“Saya ingin berkata jujur. Saya merasa tidak pernah mendapat dukungan. Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Carlo Tavecchio, terus membantu saya. Tapi, dia tidak bisa berbuat lebih dari itu. Sangat disayangkan kami tidak bisa menciptakan keluarga ideal,” tambah Conte.Terhempasnya Italia dari Prancis mengakhiri kiprah Conte sebagai pelatih timnas. Sialnya, tidak ada pencapaian istimewa sejak bertugas mulai 14 Agustus 2014. Harapan menjuarai Piala Eropa setelah mencatat torehan fenomenal bersama Juventus, gagal dipenuhi. Rekornya sejauh ini adalah 14 menang, 7 imbang dan 4 kalah, dengan persentase kemenangan 56 persen.Selanjutnya, Conte akan merapat ke Stamford Bridge untuk melatih Chelsea. Sedangkan Italia digadang-gadang bakal dibesut Giampiero Ventura. Bekas nakhoda Torino itu mendapat tugas untuk merebut tiket ke Piala Dunia 2018 di Rusia.(exe/ist)