Kamis, 16 Juni 2016 06:42 WIB

Jangan Takut Sosmed, Pandji Ajak Pemuda Pahami Radikalisme dan Terorisme

Editor : Yusuf Ibrahim

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Para peserta Pelatihan Duta Damai Dunia Maya yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mendapatkan motivasi dari artis sekaligus Komikus stand up comedy, Prandji Pragiwaksono, di Jakarta, Rabu (15/06/2016) sore.


Selain Panji, mereka sebelumnya juga mendapatkan hal serupa dari petinggi Twitter dan Google Indonesia. Meski sambil berpuasa, kehadiran Pandji langsung membuat para peserta kembali ‘kesetrum’ sehingga antusias mengikuti kegiatan. 


“Saya mengajak kepada seluruh peserta untuk bertanya pada diri kita, apa yang kita bisa lakukan dan apa hal yang terbaik untuk diri kita sendiri tapi punya dampai pada bangsa kita?” tanya Pandji dalam pembukanya.


 Menurut Pandji, ada satu hal yang sudah dilakukan bangsa lain, tapi belum dilakukan oleh bangsa kita yang membuat Indonesia belum semaju bangsa lain. “Jawabannya dan ini penting bagi teman-teman Duta Damai Dunia Maya. Yaitu, bangsa lain sudah mulai berkarya. Sedangkan bangsa kita masih bekerja. Bahkan banyak bangsa kita yang mengerjakan karya orang di luar negeri,” ungkap Pandji.


Pandji menilai, ini adalah kelemahan yang harus segera dibenahi agar bangsa Indonesia bangkit untuk bersaing dengan bangsa lain. Padahal dari segi kualitas, bangsa Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Pandji mencontohkan banyak komikus Indonesia yang justru mengerjakan kartun atau komik orang luar.


Contoh lainnya, kostum timnas Inggris dan tim-tim dari apparel Nike, semua dibuat di Indonesia dan berkualitas tinggi.


“Saya pernah ke markasnya Manchester United dan tentunya mampir ke toko mereka. Saat itu, MU masih disponsori Nike dan hanya menjual kostum berkualitas terbaik. Itu juga buatan Indonesia. Artinya secara kualitas, bangsa kita tidak kalah, hanya kita belum memulai berkarya dan percaya diri. Kenapa bisa demikian? Karena kita masih takut dengan sosial media, kita takut salah, kita takut jelek,” ungkap Pandji.


Padahal, lanjut Pandji, dimana-mana kalau orang baru memulai pasti tidak langsung sempurna dan ada proses menjadi terbaik. Terkait sosial media (Sosmed), ia menilai sosial media itu aneh dan suka membuat takut orang. Hal itu membuat kita suka ragu.


“Kita takut berkarya karena kalau dipublikasikan takut jelek. Harusnya bikin aja dulu, perkara jelek urusan belakangan. Tidak ada orang baru berkarya langsung baik,” ajak Pandji.


Ia juga memberikan prinsip dalam membuat karya. “Karya itu harus sedikit beda dan lebih baik. Kuncinya buat karya berbeda, sedikit beda itu lebih baik. Apa saja, baik itu produk, animasi, kampanye, semuanya yang penting beda, pasti peluangnya akan lebih besar dan kita bisa muncul di permukaan,” tukas Pandji.


Begitu juga menghadapi propaganda paham radikalisme dan terorisme, Panji mengajak anak muda untuk mencari tahu sebenarnya passion apa dalam berkarya. Kalau anak muda tahu apa yang dilakukan dalam hidupnya, kecil kemungkinan dia akan ketarik ke kanan ke kiri, termasuk pengaruh paham radikalisme dan terorisme.


“Dengan memiliki hidup yang lebih berharga dan indah. Perjuangan dirinya untuk mencari passionnya dan berkarya. Dengan berkarya, otomatis mereka bisa membendung pengaruh negativ dari lingkungan sekitar,” pungkas Pandji.(exe)


0 Komentar