Laporan : Arif Muhammad RiyanTANGERANG, Tigapilarnews.com - Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) hantui Perumahan Ciledug Indah II, Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Karang Tengah, Tangerang, Banten. Banyak warga sekitar terkena penyakit mematikan ini.Respon Lurah Pedurenan , Supriyatman terbilang lamban. Pasalnya, pihak kelurahan setempat hanya melakukan sekali pengasapan atau fooging di wilayah Perumahan Ciledug Indah II, itu pun hanya di sekitar RW 06. Sedangkan, Perumahan Ciledug Indah II terdiri dari 12 RW hingga RW 09 belum difooging."Lurah yang tidak tahu kesulitn warganya, layak diganti, " kata satu warga.Faktor lain, malah warga yang diharapkan melakukan laporan kepada puskesmas atau kantor lurah setempat jika ada keluhan tentang maraknya penyakit mematikan ini. Warga diwajibkan membawa hasil lab positif DBD yang nantinya akan dijadikan bukti ke puskesmas dan kelurahan agar pihaknya dapat melalukan pengasapan atau fooging.Hal ini direspon langsung oleh Lisa (27), warga Perumahan Ciledug Indah II yang saat ini terkapar di Rumah Sakit Permata Ibu di kawasan Kunciran, Tangerang, akibat terserang penyakit DBD. Lisa menegaskan, seharusnya pihak kelurahan dapat mengantisipasi menyebarnya penyakit ini."Kalau mereka bilang harus bawa hasil lab dulu dan lain-lain, itu bukan malah terbilang lambat? pada dasarnya mereka melayani masyarakat kan? mereka seharusnya tahu wabah DBD ini udah merebak kemana-mana khususnya di Ciledug Indah. Logikanya pihak puskesmas yang membuat surat rujukan BPJS ke rumah sakit, pasti tahu kan yang dirujuk itu sakit DBD, masa iya kelurahan tidak ada tindakan lanjutan, masa iya pihak puskesmas tidak ada koordinasi dengan kelurahan," papar Lisa di salah satu Rumah Sakit Swasta Tangerang, Kamis (28/4/2016).Tambah Lisa, dirinya mendesak kelurahan untuk lakukan fooging secepatnya. Jelas Lisa, jangan harus menunggu banyak korban DBD berjatuhan."Ya masa tunggu banyak korban DBD berjatuhan sih baru dilakukan penanganan," tegasnya.Sementara itu, Lurah Pedurenan, Supriyatman menjelaskan, dirinya belum mengetahui bila DBD sedang hantui warganya. Dia berdalih, pekan lalu pihaknya telah mengumpulkan seluruh ketua RW dan kader jumantik untuk melakukan pemberatasan sarang nyamuk (PSN).“Pengarahan sudah dilakukan setiap RW didampingi dua kader jumatik kemudian bergerak ke RT bersama warga setempat untuk melakukan PSN,” jelas Supriyatman saat dikonfirmasi Tigapilarnews.com di Kantor Lurah Pedurenan, Ciledug, Tangerang, Kamis (27/4/2016).Lanjut Supriyatman, dirinya mengakui memang pengasapan atau fooging hanya dilakukan di satu RW dari 12 RW yang ada wilayahnya. Itu pun harus di dasari oleh permintaan warga.“Mekanismenya memang seperti itu. Warga lapor dengan membawa hasil laboratorium atau surat dari rumah sakit yang menyatakan positif dari DBD ke Puskesmas. Dengan itu baru pihak puskesmas melakukan pengasapan,” ungkap Supriyatman.Pernyataaan lurah tersebut sangat disayangkan oleh warga sekitar. Terurai persepsi warga, seharusnya pihak kelurahan memiliki inisitaif melihat banyak warganya terkapar karena DBD. Terlepas dari itu, banyak warga yang tidak tau perihal mekanisme pengajuan pengasapan itu.“Kalau seperti itu sama saja menunggu jatuhnya korban baru ada tindakan. Pihak kelurahan harusnya terjun ke lapangan untuk memantau langsung keadaan warga bukan hanya menunggu di balik meja. Kalau kaya gini warga mana tau mekanismenya seperti itu, sosialisasinya aja tidak ada,” ujar Alwin warga lainnya.