Kamis, 14 April 2016 17:55 WIB

Tingkatkan Mutu IPTEK, Kemenristek Siap Gelontorkan 50 M

Editor : Rajaman
Laporan : Hendrik Simorangkir

TANGERANG SELATAN, Tigapilarnews.com - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI, menyediakan anggaran mencapai Rp. 50 miliar. Anggaran tersebut untuk merangsang atau meningkatkan mutu ilmuan dan pengembangan pengetahuan teknologi (IPTEK) di Indonesia.

Menristek M. Nasir mengatakan, di tahap awal tahun 2016, kuncuran dana tersebut disediakan hasil kerjasama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kemenristekdikti.

"Sertifikat penelitian sekarang sudah dipatenkan dan layak untuk mempunyai nilai dan bisau dijadikan sebagai jaminan ke pihak bank. Jika peneliti sampai meninggal dunia, bisa diwariskan. Sementara penelitinya dapat royalty dari hasil riset," ujar M. Nasir saat memberikan Kuliah Umum di Kampus Institut Teknologi Indonesia (ITI) Setu, Tangerang Selatan (Tangsel).

Nasir melanjutkan, banyak keluhan dari peneliti Indonesia tentang biaya riset, semuanya menjadi hambatan karena alasan biaya. Jika dipertanggungjawabkan ke Kemenristekdikti sangat berat. Lebih berat dari menelitinya.

"Oleh dari itu, saya usulkan ke Menteri Keuangan (Menkeu) untuk bisa menganggarkan biaya riset berbasis output. Jadi peneliti tidak usah lagi memikirkan masalah uang. Peneliti hanya mengerjakan pekerjaannya supaya fokus dan berkembang dalam menghasilkan inovasi terbaru," jelasnya.

Sekarang ini, Nasir menuturkan, perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia sebanyak 134 PTN dan 4350 PTS. Jumlah tersebut hanya sekitar 500 yang menghasilkan publikasi tentang penelitian. Sangat berbeda jauh dengan Negara tetangga, seperti Malaysia. Jumlah penelitiannya bisa sampai lima kali lipat dari Indonesia.

"Padahal di Malaysia perguruan tingginya tidak banyak dari kita. Makanya, jika tiap Rp. 100 juta diberikan kepada peneliti yang kita anggap mumpuni, kita bisa menghasilkan penelitian lebih banyak dari Malaysia dalam setahun," bebernya.

Sekedar informasi, Kemenristekdikti sudah mematenkan sebanyak 701 penelitian yang layak. Tapi sayangnya, di Indonesia masih banyak tenaga kerja yang berlatar belakang insinyur menjadi pegawai bank.

"Yang jadi permasalahnnya sekarang, inovasi marketable yang bernilai jual untuk skala industri bisa dihitung jari. Karena, para insinyurnya kebanyakan kerja di bank," cetusnya.

Nasir pun berharap, dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Indonesia bisa menjadi saingan terberat bagi Negara tetangga dengan menghadirkan inovasi-inovasi terbaru yang bisa membuat Indonesia maju.

"Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, kuatir akan penduduk Indonesia yang nantinya berbondong-bondong menuju kedua Negara tersebut sebagai pekerja. Oleh sebab itu, sumber daya alam dan manusianya akan kita maksimalkan, supaya kita jangan menjadi penonton, Indonesia harus jadi pemain," pungkasnya.
0 Komentar