Laporan: Arif Muhammad Riyan JAKARTA, Tigapilarnews.com – Pemprov DKI Jakarta benar-benar akan mengeksekusi bangunan Pasar Ikan Luar Batang Jakarta Utara, Senin (11/4/2016) pagi. Artinya, besok lusa seluruh bangunan di pasar itu akan dirobohkan rata dengan tanah oleh buldoser dengan pengamanan seratusan aparat gabungan.Sebagai gantinya, di lahan itu akan dibangun ruang terbuka hijau (RTH). Sebanyak 1.728 kepala keluarga (KK) di Pasar Ikan harus kehilangan mata pencaharian. Salah satunya Marina.Mendengar berita itu, Marina (67) teriris hatinya. Bagaimana tidak, lapaknya yang sudah ditempati selama 60 tahun untuk mencari nafkah itu harus rata dengan tanah. Marina satu di antara pedagang di Pasar Ikan yang dipaksa pasrah dengan nasib tempat berdagangnya akan digusur pemerintah.Marina telah berjualan di Pasar Ikan semenjak masih gadis hingga sekarang sudah punya tujuh cucu. Untuk menghidupi keluarganya, Marina berjualan gado-gado hingga kini berganti dengan membuka warung kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari."Saya (jualan) di sini udah 60 tahun, coba bayangin dari saya masih gadis, jualan gado-gado sampe saya tua sekarang udah tidak kuat jalan lagi (sakit), dan saya usaha warung ini aja," ucap lirih Marina saat berbincang dengan Tigapilarnews.com di Pasar Ikan, Jakarta Utara, Sabtu (9/4/2016) sore.Marina menuturkan suaminya sudah lama wafat. Dia seorang pelaut. Suami Marina meningal dunia karena kanker otak yang menggerogotinya selama bertahun-tahun. Sepeninggalan suaminya itu sekira tahun 90-an, Marina mengais rupiah selembar demi selembar untuk menghidupi dan membesarkan kedua anaknya. Waktu itu, anaknya masih kecil-kecil."Kalo sekarang anak udah pada nikah, yang cowok udah nikah tapi kerjaannya tidak jelas, kalo yang cewek ini punya warung ini. Jadi saya bantu-bantu anak saya aja, saya udah capek dulu kerja buat mereka," ungkap Marina asal Tegal ini.Barang-barang yang menghiasi rumah Marina sudah dibawa petugas Satpol PP ke Rusun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur. Maklum, warung kelontong milik Marina itu merangkap rumahnya. Warga Pasar Ikan yang terkena penertiban direlokasi ke Rusun Rawa Bebek dan Rusun Marunda. Tetapi, Marina memilih menempati Rusun Rawa Bebek. Dia akan tinggal seorang diri tanpa anak-anaknya. Karena, anak-anaknya Marina juga mendapat rusun."Ya, saya pindah ke Rusun Rawa Bebek sama anak saya yang cewek ini. Anak yang cewe ini masih tinggal di rumah saya, kalo yang cowok tinggal di belakang rumah saya, tapi kena gusur juga jadi dia juga pindah ke rusun. Nanti anak saya dua-duanya tinggal sendiri sama keluarganya di rusun, dan saya tinggal sendiri," ucap Marina.Marina mengeluhkan perihal pembayaran rusun. Memang, dalam jangka waktu 3 bulan warga yang pindah ke rusun tersebut tidak akan dikenakan biaya apa pun. Selepas 3 bulan, warga diwajibkan bayar sewa rusun sebesar Rp 300 ribu dan itu belum termasuk listrik."Bayar sebulan 300 ribu, tau dah bisa apa tidak. Kan saya anggota Gereja Sion, Jakarta Barat, nah tiap bulan saya dapat uang bantuan sebesar 350 ribu, tapi kan tetep tidak cukup. Paling nanti ketergantungan sama sodara aja soal uang, kalo sama anak saya tidak pernah minta," ujar Marina sembari mengusap air mata.Wanita yang sudah 50 tahun menjadi anggota Gereja Sion ini sebenarnya keberatan untuk pindah ke Rusun Rawa Bebek. Sebab, lokasi rusun jauh dari permukiman kota."Saya sangat keberatan soalnya ke gereja susah jalannya apa lagi kaki saya udah sakit kaya gini, enggak kuat lagi. Pusingnya nanti saya tinggal sendiri ke mana-kemana jauh, saya sih sebenernya tidak mau rumah susun maunya di sini aja," tutur Marina.Marina menuturkan awalnya warga Pasar Ikan mengetahui jika penggusuran paksa akan dilakukan pasca Lebaran mendatang. Tapi, tiba-tiba Pemprov DKI Jakarta mempercepat proses penggusuran, besok lusa, Senin, (11/4/2016)."Jadi ceritanya begini awalnya diundur abis Lebaran warga udah senang, eh baru dua hari ngomong kaya gitu terus tidak jadi. Itu udah masuk koran loh masa udah masuk koran tidak jadi," paparnya dengan nada mengebu-gebu.Wanita kelahiran Tegal Jawa Tengah ini tampak geram. Seolah sudah habis batas kesabarannya mengingat ladang penghidupan satu-satunya akan digusur pemerintah. Pandangan Marina, pemerintah tidak pernah memikirkan rakyat kecil. Rakyat kecil selalu menderita dan sengsara."Rakyat kecil mah menderita, pemerintah mah korupsi. Orang miskin mah korupsi ditangkep langsung, orang gede mana?" kesal Marina.Soal penggusuran ini, menurut Manina, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak punya kemanusiaan. Dalam pengamatannya, Ahok sebagai gubernur DKI selalu bikin rakyat kecil sengsara. Rakyat kecil di Jakrata selalu jadi sasaran penggusuran atas kebijakan Ahok."Gubernur sekarang mah banyak yang benci, maap ya. Orang gitu main bongkar-bongkar aja udah tau kita susah," tutur Marina.Yang bikin kekecewaan Marina memuncak bersama warga lainnya terkena gusuran, adalah tidak adanya uang santunan atau kerahiman dari pemerintah Jakarta."Cuma dikasih rusun tapi tidak dikasih duit, kalo dikasih duit kan warga girang kan. Masa di Kalijodo aja dikasih duit tapi di Pasar Ikan enggak. Saya berharap warga Pasar Ikan juga dikasih duit," pungkas Marina kesal mengakhiri perbincangan.Gubernur Ahok tetap pada pendiriannya akan menata kawasan Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Pasar Ikan akan diubah menjadi ruang terbuka hijau (RTH) dengan membongkar seluruh bangunan kios dan lapak di pasar tersebut.Sedangkan, untuk kawasan sekitar Masjid Luar Batang tidak akan digusur lantaran bangunan di lokasi itu bersertifikat.