JAKARTA, Tigapilarnews.com- Harapan agar Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia ke 22 pada tahun 2022, masih belum mendapatkan kepastian. Sebab hingga saat ini, upaya tersebut masih berjalan di tempat karena berbagai masalah yang membelit.Meski demikian, Ketua Umum Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI), Sarman El Hakim, terus memperjuangkan hal tersebut sendirian. Tapi kini, harapan kembali menguat seiring terpilihnya Presiden FIFA yang baru menggantikan Sepp Blatter. Yakni, Sekjen UEFA, Gianni Infantino resmi terpilih menjadi suksesor Blatter.Dalam voting yang dilakukan di markas FIFA di Zurich, Swiss, Jumat (26/02) malam WIB, Infantino mendapat 115 suara, unggul 27 suara atas rival terdekatnya, Sheikh Salman bin Ebrahim al-Khalifa.Sementara dua kandidat lainnya, Prince Ali bin al-Hussain hanya mendapat empat suara dan Jerome Champagne tak mendapat suara sama sekali."Tentunya, ini membuka harapan bagi Indonesia untuk merebut kesempatan menjadi tuan tumah dari Qatar. Sebab, Gianni merupakan sosok yang keberatan dengan penunjukan Qatar oleh kubunya Blatter. Dengan demikian, upaya lobi Indonesia untuk bidding akan lebih mudah. UEFA merupakan pihak yang menentang terpilihnya Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 karena mencuim adanya dugaan suap," tutur Sarman.Untuk itu, dilanjutkan Sarman, pemerintah Indonesi dibawah pimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, harus bisa memanfaatkan momentum tersebut. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan kesempatan menggelar Piala Dunia.Apalagi, di luar Qatar, negara yang mengikut bidding tuan rumah Piala Dunia 2022 pada tahun 2009, sangat mungkin dihadapi Indonesia. Adapun negara yang dimaksud, yakni Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat."Jepang dan Korea Selatan sudah pernah menjadi tuan rumah (2002). Lalu Australia, negaranya tidak serius karena sepak bola bukan olahraga yang populer di negaranya. Nah, Indonesia harus mendapatkan kesempatan itu, harus bergerak cepat, harus ada pernyataan tertulis dari negara atas kesediaan menjadi tuan rumah, dan harus diperjuangkan," imbuhnya."GBK (Gelora Bung Karno), merupakan satu dari empat stadion terbesar di dunia. Tapi sayangnya, hanya GBK yang belum pernah jadi tuan rumah Piala Dunia. Sedangkan yang tiga, sudah pernah. Salah satunya yakni, Stadion Azteca di Meksiko. Padahal kondisinya, fasilitasnya, sarananya, tidak lebih bagus dari GBK," tukasnya.Qatar yang sebelumnya ditetapkan FIFA sebagai tuan rumah, saat ini sedang dirundung masalah. Dewan Uni Eropa bakal membahas rencana untuk mengajukan petisi ke FIFA dan meminta agar diselenggarakan pemilihan ulang untuk tuan rumah Piala Dunia 2022.Hal ini muncul setelah Dewan Eropa menemukan dugaan suap terkait terpilihnya Qatar. Karena itu, MSBI terus berjuang mempromosikan nama Indonesia supaya dilirik FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia."Sepak bola mendatangkan devisa yang banyak. Bahkan, menumbuhkan ekonomi kerakyatan dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, membangkitkan kebanggaan secara menyuluruh," tuturnya.Apalagi, dilanjutkannya, tahun 2022 merupakan waktu yang ideal untuk direbut Indonesia. Sebab, butuh waktu sangat lama untuk bisa kembali mendapatkan peluang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Dicontohkannya, yakni Brasil yang sudah dua kali menjadi tuan rumah Piala Dunia. Kali pertama, berlangsung pada 1950 dan kedua yakni 12 Juni-13 Juli, 2014.Alhasil, Brasil tercatat sebagai negara kelima yang pernah menyelenggarakan Piala Dunia lebih dari satu kali setelah Meksiko, Italia, Perancis, dan Jerman.Kesempatan tersebut, menjadi yang pertama diselenggarakan di Amerika Selatan sejak Argentina pada 1978. Sebelumnya, tidak ada negara Amerika Selatan yang menyelenggarakan Piala Dunia FIFA lebih dari satu kali.(exe)