Jumat, 24 Januari 2020 18:47 WIB

Dosen Peneliti Didorong Pahami Dunia Industri

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, mendorong para dosen peneliti memahami seluk-beluk dunia industri dalam menghasilkan inovasi di berbagai bidang.

Dorongan tersebut disampaikan Menristek saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Peran Perguruan Tinggi di Dalam Bidang Riset dan Teknologi Sesuai dengan Arah Kebijakan Riset Nasional yang digelar Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Aula Pascasarjana Unpar, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Jumat (24/1/2020).

Dalam kegiatan yang merupakan rangkaian Peringatan Dies Natalis ke-65 Unpar itu, Menristek menekankan pentingnya kedekatan hubungan antara akademisi dan dunia industri dalam pengembangan riset. Melalui kedekatan tersebut, para dosen peneliti bakal mendapatkan ilmu yang jauh lebih luas ketimbang hanya berkutat dalam konsep dan teori.
 
"Bapak Ibu harus gaul dengan dunia industri. Saya juga dosen, saya sekarang merasa ilmu saya bertambah luar biasa.
Meskipun Bapak Ibu sudah menguasai konsep dan teori, tapi bicara R & D (research and development), Bapak Ibu harus gaul dengan dunia industri," ujar Menristek.

Menurut Menristek, dunia industri berbeda jauh dengan dunia akademis. Tanpa adanya hubungan yang baik di antara dosen peneliti dan dunia industri, niscaya hasil penelitian para dosen peneliti bakal sulit dikembangkan hingga diproduksi secara massal.

Selain dengan dunia industri, lanjut Menristek, para dosen peneliti juga harus mampu berkolaborasi dengan pemerintah, agar hasil penelitiannya mendapat dukungan penuh dari sisi regulasi. Terlebih, jika hasil penelitiannya itu akan diproduksi secara massal.

"Kalau kita mau jadi negara besar, harus melakukan triple helix, pemerintah, dunia industri, dan akademisi. Unpar kan PTS (perguruan tinggi swasta), barangkali banyak (koneksi dengan) perusahaan swasta, mulai dijajaki supaya lebih serius dengan R & D," pintanya.

Dalam kesempatan itu, Menristek juga sempat menyindir para dosen yang melakukan penelitian sebatas untuk meraih kenaikan pangkat. Dia menilai, hal itu memang lumrah terjadi. Namun, jika memang kenaikan pangkat yang ingin dicapai, setidaknya konsep penelitiannya harus berkelanjutan.

"Misalkan ada dosen kimia melakukan penelitian dasar sampai hipotesa, lalu bisa menjelaskan riset itu bisa dilanjutkan, tidak hanya oleh bidang kimia, tapi bidang-bidang lain juga," jelasnya.

Menristek juga berpesan agar hasil penelitian para dosen memiliki nilai tambah yang tinggi. Menurutnya, nilai tambah yang tinggi dapat diraih manakala dosen peneliti mengedepankan inovasi dalam penelitiannya.

"Kalau kita bicara nilai tambah, jangan fokus kita bisa membuat sesuatu, tapi posisikan kita bisa menghasilkan inovasi karena nilai tambah yang tinggi adalah produk hasil R & D," imbuhnya.

Terakhir, Menristek mengingatkan bahwa penelitian dan pengembangan bukan pekerjaan yang mudah. Sebab, selain membutuhkan waktu yang panjang, penelitian dan pengembangan juga membutuhkan dukungan semua pihak. "R & D ini long term, Bapak Ibu harus siap. Ibaratnya main bola, stamina harus siap hingga babak adu penalti," katanya.

Lebih lanjut Menristek mengatakan, penelitian dan pengembangan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Bahkan, inovasi hasil penelitian dan pengembangan kini menjadi kata kunci dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), yakni mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju 2045.

"Kita bangsa Indonesia bercita-cita untuk naik kelas. Kita saat ini berada di posisi middle income, seharusnya 2020 kita sudah naik kelas. Tapi itu bukan tujuan akhir, tapi visi 2045, yakni harus menjadi negara berpendapatan tinggi atau negara maju," katanya.

Menurutnya, diperlukan transformasi ekonomi guna mewujudkan visi tersebut dan transformasi ekonomi dapat terjadi manakala bangsa Indonesia mengubah cara pandangnya (mindset) dari bangsa yang memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan menggantungkan diri pada ketauan sumber daya alam (SDA) menjadi bangsa yang inovatif dan berdaya saing secara global.

"Nah di sinilah yang namanya perubahan mindset karena itu bagian transformasi ekonomi. Kalau tanpa itu, lupakan cita-cita. Sekarang ini kita masih ada harapan. Kita kelamaan di middle income, khawatir masuk ke middle trap. Artinya, kalau kita kesasar di gua, akan selamanya gelap. Tapi, sekarang masih ada setitik cahaya dan itu akan muncul ketika ada perubahan mindset," pungkasnya.(ist)


0 Komentar