Selasa, 23 Juli 2019 10:48 WIB

Golkar Tegaskan Tak Diam Bangsa Diobrak-abrik Kekuatan Ekstremisme dan Radikalisme

Editor : Yusuf Ibrahim
Ketua DPR, Bambang Soesatyo. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Ketua DPR, Bambang Soesatyo, menegaskan Golkar sebagai partai tengah tidak boleh tinggal diam melihat kondisi bangsa yang sedang diobrak-abrik kekuatan ideologi ekstremisme dan radikalisme. 

Partai Golkar tidak boleh melupakan sejarah pendiriannya sebagai benteng NKRI. ”Sudah waktunya Partai Golkar merapikan rumahnya agar bisa menjadi rumah yang nyaman bagi para purnawirawan, ulama dan tokoh agama lainnya, serta masyarakat sipil pada umumnya. Jika sebagai partai tengah, Partai Golkar gagal mengonsolidasikan persaudaraan kebangsaan, masa depan Indonesia yang menjadi taruhannya,” ujar pria yang biasa disapa Bamsoet.


Karena itu, Wakil Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar ini menyampaikan, bukan zamannya lagi kader Partai Golkar saling berebut kekuasaan atau gontok-gontokan. Sebagai partai politik tertua, Partai Golkar justru harus solid dan menjadi teladan bagi partai politik lainnya. 

”Terutama menjadi contoh bagi milenial bahwa jalan politik sesungguhnya adalah jalan kemuliaan. Karena dengan politik lah, arah masa depan bangsa ditentukan. Agar milenial bisa melirik Partai Golkar, tidak ada jalan lain selain melakukan transformasi besar-besaran di internal Partai Golkar. Sehingga imej Partai Golkar sebagai partai jadul yang ketinggalan zaman bisa berubah menjadi partai gaul yang penuh energik dan penuh kegairahan," tandas Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 ini.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan, sesungguhnya Partai Golkar punya berbagai kekuatan yang tidak dimiliki partai politik lainnya. Selain berpengalaman, Partai Golkar yang didirikan Kosgoro, Soksi, dan MKGR ini juga punya berbagai organisasi kemasyarakatan yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. 

Antara lain Satkar Ulama, Majelis Dakwah, Alhidayah, Himpunan Wanita Karya, Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia. Serta ditunjang organisasi sayap seperti Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) dan Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG). Didukung pula kekuatan akar rumput dari Pemuda Pancasila dan Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI).

"Namun sayangnya berbagai kekuatan tersebut tak bisa dimaksimalkan, bahkan cenderung terabaikan. Padahal jika disentuh, berbagai organisasi tadi bukan hanya bisa menguatkan Partai Golkar, melainkan juga menguatkan kebangsaan Indonesia. Sehingga mau seganas apapun ideologi transnasional mengacak-acak Indonesia, Golkar bisa menghalaunya," tegas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menuturkan tidak masalah jika Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar untuk memilih ketua umum dilaksanakan seusai pelantikan presiden-wakil presiden pada Oktober 2019. Hal ini sebagai pembuktian bahwa dirinya maju menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar bukan untuk membangun dinasti kekuasaan atau menempatkan orang-orang tertentu menjadi menteri.

”Tujuan saya menjadi ketua umum bukan demi kekuasaan. Tetapi menjalankan amanah dari pengurus daerah untuk memastikan masa depan Partai Golkar tidak lagi terpuruk. Tantangan Partai Golkar di masa mendatang akan sangat besar. Tidak hanya melakukan konsolidasi internal mengembalikan kekuatan partai, melainkan juga membantu pemerintah menghadapi merebaknya ideologi transnasional yang bertujuan menggusur Pancasila,” tutur Bamsoet.(ist)


0 Komentar