Rabu, 08 Mei 2019 13:34 WIB

Klopp Bingung Cara Liverpool Menang

Editor : Yusuf Ibrahim
Klopp. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mimpi yang tertukar. Itu merupakan gambaran yang terjadi saat Liverpool menghentikan kedigdayaan Barcelona di Liga Champions 2018/2019.

Puluhan ribu penggemar tuan rumah pun bergemuruh, sementara suporter lawan terkulai lemas Stadion Anfield.

Drama empat gol tanpa balas pada laga leg kedua semifinal Liga Champions di Stadion Anfield, Rabu (8/5) dini hari WIB, telah mengantarkan Liverpool lolos ke final setelah menang dengan agregat (4-3). Ini capaian yang luar biasa buat klub berjuluk The Reds tersebut.

Betapa tidak, sejak dikalahkan Barcelona pada leg pertama semifinal Liga Champions dengan skor 3-0 di Camp Nou, tengah pekan lalu. Tak sedikit yang meragukan bahwa Si Merah bakal sulit untuk tampil di final.

Tapi takdir berkata lain. Berkat kontribusi dua gol yang masing-masing dicetak Georginio Wijnaldum dan Divock Origi, Liverpool berhasil 'menjahit' mulut para pengkritik dengan mengamankan tiket final Liga Champions. Pengalaman setidaknya telah menggarisbawahi dominasi Si Merah di kompetisi antarklub Eropa.

Ini merupakan kedua kalinya secara beruntun Liverpool tampil di final Liga Champions. "Menang itu sulit tetapi dengan clean sheet, saya tidak tahu bagaimana mereka (pemain Liverpool) melakukannya," kata Klopp pascapertandingan.

"Itu sangat berarti bagi kita semua. Ada hal-hal yang lebih penting di dunia. Tetapi menciptakan suasana emosional bersama ini begitu istimewa. Ini semua tentang para pemain. Campuran potensi dan hati yang tidak dapat dipercaya hanyalah campuran yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Ini menunjukkan apa yang mungkin terjadi di sepak bola. Sangat menyenangkan," pungkas Klopp.

Liverpoool tidak hanya memenangkan laga melawan Barcelona saja. Jordan Henderson dkk juga berhasil mengguratkan tinta emas dalam sejarah kompetisi antarklub Eropa dengan menggarisbawahi namanya sebagai tim kedua sejak Blaugrana melawan Gothenburg di semifinal Liga Europa (1986), yang sukses membalikkan defisit tiga gol dan memenangkan laga semifinal.(exe)


0 Komentar