Senin, 08 April 2019 11:03 WIB

Prabowo Dianggap Tak Apresiasi Kerja Keras Bangsa

Editor : Yusuf Ibrahim
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan). (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin, Arif Budimanta, menilai capres nomor urut 02 Prabowo Subianto tidak mengapresiasi kerja keras yang telah dicapai bangsa Indonesia sekarang ini, terutama di bidang ekonomi.

Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih berkualitas. Menurut Arif Budimanta, pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen tentu suatu capaian yang perlu diapresiasi. Sebab, untuk tumbuh sebesar itu diperlukan perencanaan dan penggorganisasian dan kerja keras secara kolektif yang baik dan terukur. 

"Sejak 2011-2015 trend pertumbuhan ekonomi kita melemah akibat efek turunan krisis 2008 dari sekitar 6 persen menjadi di bawah 5 persen. Sejak itu trendnya semakin membaik sampai dengan saat ini menjadi di atas 5 persenan," ujar Direktur Megawati Institute itu, Minggu (7/4/2019).

Ia melanjutkan, ketika ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6 persen, China sebagai salah satu negara mitra dagang Indonesia tumbuh double digit. Saat ini pertumbuhan China hanya sekitar 6-7%, menurun sekitar 30 persen. 

"Kita masih lebih baik. Ke depan akan lebih baik dengan semakin baiknya infratruktur ekonomi dan komitmen yang kuat dari pemerintah menjalankan redistribusi aset dan kebijakan keadilan ekonomi," katanya.

Ia menambahkan, sejak awal Jokowi telah menyatakan bahwa kunci pertumbuhan ekonomi ada di ekspor dan investasi. Karenanya, misi-misi dagang Indonesia harus lebih aktif, sehingga duta-duta besar didorong mengedepankan diplomasi ekonomi agar neraca dagang/ekpor semakin baik dan memberikan kontribusi positif kepada pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya berimplikasi positif untuk mendorong terbukanya lapangan kerja yang lebih luas.

Saat ini, kata Arif, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih berkualitas. Program Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Program Sembako Murah, Kartu Pra Kerja, serta rediatribusi aset adalah operasionalisasi dari mandat konstitusi untuk menjadikan Indonesia adil makmur dan terbebas dari kemiskinan.

Sejak 2015 angka kemiskinan juga menunujukkan trend yang menurun. Begitu juga pengangguran dan angka gini ratio yang artinya pembangunan diikuti dengan pemertaan yang lebih baik. 

"Ini tidak otomatis turun tetapi karena intervensi kebijakan yang benar. Kita (ekonomi) pernah tumbuh di atas 5% bahkan di atas 6%, tetapi ketimpangan meningkat," pungkasnya.(exe)


0 Komentar