Selasa, 15 Januari 2019 11:07 WIB

Laporan Media Bikin Trump Marah-marah

Editor : Yusuf Ibrahim
Donald John Trump. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald John Trump, marah-marah atas laporan media yang menuduhnya sebagai agen Rusia atau bekerja atas nama Kremlin.

Laporan dari New York Times menyebut FBI membuka penyelidikan atas dugaan sang presiden bekerja atas nama Kremlin. 

"Saya tidak pernah bekerja untuk Rusia dan Anda tahu jawaban itu lebih baik daripada siapa pun," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, hari Senin waktu setempat. 

"Memalukan bahwa Anda bahkan menanyakan pertanyaan itu. Itu semua adalah big fat hoax," kesal Trump, yang dilansir AFP, Selasa (15/1/2019).

Dalam laporannya, New York Times menulis bahwa FBI membuka penyelidikan atas dugaan Trump bekerja atas nama Rusia setelah dia memecat direktur FBI James Comey tahun 2017. Comey dipecat ketika dia menolak menghentikan penyelidikan dugaan Rusia intervensi pemilu AS tahun 2016.

Laporan lain dari Washington Post mengatakan bahwa Trump juga telah membangkitkan kekhawatiran publik dengan melakukan upaya yang tidak biasa yakni mencegah para ajudannya untuk mengetahui isi percakapan yang dia lakukan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama pertemuan di Helsinki tahun lalu.

"Ini banyak berita palsu," kata Trump. Dia menekankan bahwa dia melakukan pertemuan itu satu lawan satu dengan semua pemimpin.

"Saya memiliki hubungan dengan hampir semua orang dan itu hal yang baik bukan hal yang buruk," katanya.

Trump melontarkan umpatan kasar terhadap para petinggi FBI yang saat itu memutuskan untuk menyelidiki dirinya. "Bajingan yang dikenal, saya kira Anda bisa mengatakan polisi kotor," ujarnya.

Tidak jelas kesimpulan apa yang dicapai penyelidikan FBI terhadap Trump dan apa statusnya sekarang.

Trump juga berada di pusat penyelidikan besar yang dipimpin oleh jaksa khusus Robert Mueller. Penyelidikan oleh Mueller berkisar soal dugaan bahwa Kremlin bekerja untuk memengaruhi pemilihan presiden 2016 dan diduga berkolusi dengan tim kampanye Trump.(ist)


0 Komentar