Selasa, 31 Juli 2018 09:08 WIB

Pendidikan Jasmani Jadi Pondasi Utama Pembangunan Atlet Berprestasi

Editor : Yusuf Ibrahim
Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta (kedua dari kiri). (foto Esa/Tigapilarnews.com)
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Lalu Muhammad Zohri (sprinter), Egy Maulana Vikry, dan Witan Sualeman (pesepak bola muda Indonesia) adalah sosok atlet berprestasi binaan pemerintah melalui Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan Sekolah Khusus Olahragawan (SKO).
 
Hadirnya, nama-nama atlet di atas, tentunya membutuhkan proses yang panjang dan usaha maksimal dari Pemerintah. Selain latihan yang teratur, asupan gizi dan kemampuan akademis juga harus diperhatikan.
 
Menurut Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta pondasi utama pembangunan atlet berprestasi adalah dengan cara mencetak karakter anak dengan baik melalui pendidikan jasmani. "Mencetak atlet tidak sama dengan membuat kue. Butuh waktu jangka panjang. Dari mana mulainya, dari fundamental, karakter olahraga yang digerakan sejak awal yang bernama olahraga pendidikan," kata Raden Isnanta saat Workshop Penguatan Sportivitas dalam melahirkan Atlet Beprestasi dan Nasionalis di Losary Roxy Hotel, Jakarta, Senin (30/7/2018).
 
"Pendidikan jasmani bukan menilai keterampilannya saja. Tapi mendidik melalui olahraga. Guru pendidikan jasmani juga seharunya memberikan nilai-nilai sportif, seperti kalah menghormati, menang tidak jemawa. Kerja sama bagus, menghormati lawan dan pelatih, itulah esensi olahraga pendidikan," ujarnya, menambahkan.
 
Isnantan mencontohkan, untuk mencetak atlet berprestasi sama dengan membuat satu bangunan. "Jadi, supaya bangunan tersebut kokoh meskipun tinggi harus diperkuat pondasinya. Hal itu juga harus diterapkan ketika kita mencetak atlet. Supaya ketika sudah menjadi hebat nantinya, tidak roboh karena memiliki pondasi yang kuat yaitu karakter yang baik," ungkapnya.
Peran Daerah
 
Isnanta menambahkan, hal yang tak kalah penting untuk mencetak atlet yaitu upaya dari setiap daerah yang memiliki Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) mengadakan kompetisi serupa untuk cabang olahraga lain. "Kami berharap daerah-daerah menggelar kompetisi-kompetisi cabang olahraga lain di luar sepak bola, entah itu taekwondo, silat atau bola voli agar daerah itu bisa menemukan atlet-atlet berpotensi di wilayahnya," ujarnya.
 
Kemenpora memang giat mendorong PPLP, PPLM dan Sekolah Khusus Olahraga (SKO) untuk menghasilkan atlet-atlet berprestasi dunia. Meski diakui hal itu cukup berat dengan kekurangan-kekurangan yang ada, Isnanta meminta semua pihak tetap fokus demi meraih mimpi-mimpi. "Semua kekurangan itu harus memotivasi kita agar terus bekerja keras," ucapnya, menutup pembicaraan.(exe/ist)

0 Komentar