Selasa, 31 Juli 2018 09:02 WIB

Peran Politik dalam Lahirkan Atlet Berprestasi dan Nasionalis Sangat Penting

Editor : Yusuf Ibrahim
Tommy Kurniawan (kedua dari kanan). (foto Esa/Tigapilarnews.com)
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kementerian pemuda dan olahraga (Kemenpora), melalui Stafsus Bidang Keolahragaan Tommy Kurniawan, mengungkapkan olahraga membutuhkan politik.
 
Namun, politik tak boleh membawa olahraga. Hal itu ia ungkapkan dalam acara Workshop Penguatan Sportivitas dalam melahirkan Atlet Beprestasi dan Nasionalis di Losary Roxy Hotel, Jakarta, Senin (30/07/2018).
 
Menurut Tommy, peran politik dalam melahirkan atlet yang berprestasi dan nasionalis sangat penting. Hal itu bisa dilakukan dengan kebijakan politik dengan cara menghasilkan regulasi yang mendukung untuk kesejahteraan atlet dan lainnya.. "Artinya, ketika kebijakan politik seperti undang-undang bisa memberikan manfaat kepada stakeholder olahraga untuk membuat atletnya lebih berprestasi," kata Tommy.
 
Tommy juga mengungkapkan, memasuki tahun-tahun politik, penting untuk membahas dan memberi masukan jika nanti adanya pergantian pemegang kebijakan di pusat. "Supaya ada kesinambungan antara pembangunan yang sudah ada dengan yang akan datang," ungkapnya.
 
Tommy mengungkapkan, sering dijumpai kenakalan remaja, tawuran, seperti tidak ada hentinya. Untuk mengatasi baik eksekutif baik Yudikatif harus berperan aktif. Salah saatunya dengan kebijakan politik untuk mengurangi kenakalan remaja. Misalnya dengan membangun sarana olahraga, kompetisi-kompetisi berjenjang.
 
"Sebenarnya, keterkaitan antara politik dan olahraga sudah terpatri dalam penyelenggaran even olahraga. Pengibaran bendera dan kumandang lagu negara pemenang sudah sebagai contoh menunjukan olahraga sudah terpolusi oleh politik. Jadi, olahraga tidak tumbuh dan berkembang di ruang vakum. Faktor Budaya dan ekonomi, dan politik sangat beprengaruh olahraga itu sendiri," ucapnya.
 
"Maka dari itu, olahraga tidak boleh dijadikan tempat untuk berpolitik yang menguntungkan. Tapi, politik harus bisa menelurkan kebijakan yang bisa memajukan olahraga," beber Tommy.
 
Lebih lanjut, dikatakan Tommy, sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945, pendidikan jasmani dan olahraga memperoleh tempat tersendiri di tengah masyarakat dan kehidupan nasional. Namun, pasang surut pendidikan jasmani dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang berbeda-beda. "Oleh karena itu. Perlu adanya arahan dari stakeholder olahraga tentang program-program yang telah ada kepada pemangku kebijakan yang baru nantinya," bebernya.
 
Di sisi lain, selama perjuangan kemerdekaan, pendidikan jasmani dan olahraga membentuk pemuda-pemuda Indonesia untuk militan dan semangat nasioalisme. Tujuannya untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
 
Pada masa itu, pendidikan jasmani dan olahraga dipandang mampu membentuk prilaku disiplin guna mendukung perjuangan nasional. Olahraga juga mampu memperkokoh integrasi bangsa kesatuan dan persatuan. Dan Dengan inilah yang mendorong terselenggaranya Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo 1947.
 
Padahal, ketika itu, negara-negara Asia sedang memperjuangkan kemerdekaanya, Indonesia termasuk negara yang mendukung gagasan adanya pertandingan olahraga antarnegara Asia. Yang menghasilkan Asian Games pertama pada 1951 di New Delhi. "Ini artinya, peran politik. sangat penting terutama lobi untuk menghasilkan olahraga. Dan itu, tercermin pada event yang akan kita selenggarakan yakni Asian Games 2018," kata Tommy mengakhiri.(exe/ist)

0 Komentar