Rabu, 25 Juli 2018 14:45 WIB

Beriman, Gatot Percaya Peluang Maju Pilpres 2019 Masih Terbuka Lebar

Editor : Yusuf Ibrahim
Gatot Nurmantyo. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo optimistis dirinya maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, meskipun saat ini secara logika politik peluang mendapatkan tiket pencalonan sebagai calon presiden (capres) hampir tertutup.

Saat ini poros koalisi partai politik (parpol) dalam menghadapi pilpres mempunyai kecenderungan untuk kembali mempertemukan Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Bahkan enam partai politik pendukung Jokowi telah resmi menyatakan sikap mereka, sedangkan barisan parpol pendukung Prabowo terus menunjukkan kesolidan. Kondisi ini membuat peluang terbentuknya poros ketiga yang mengusung calon alternatif dalam Pilpres 2019 semakin kecil.

“Secara logika, politik kan enggak ada peluang gitu loh, benerkan,” ujar Gatot Nurmantyo dalam diskusi bertemakan “Satukan Hati untuk Indonesia” di JCC, Jakarta, kemarin.

Gatot mengatakan, kondisi peta politik yang mempunyai kecenderungan terbagi dalam dua poros koalisi tidak mematahkan semangatnya dalam menjalin komunikasi dengan elite partai politik di Tanah Air.

Dia yakin jika keputusan final calon presiden dan calon wakil presiden yang bakal diusung oleh koalisi partai politik, baru akan tampak pada detik-detik akhir pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum.

“Kita masih terus melakukan komunikasi dengan seluruh parpol, khususnya dalam membahas Pilpres 2019. Bahwa kemenangan-kemenangan itu ditentukan di akhir-akhir atau masa injury time, sama seperti sepak bola,” ujarnya. Dia menyadari secara logika agak sulit untuknya maju dalam kontestasi pilpres.

Meski demikian, sebagai orang beriman, dirinya tetap percaya peluang untuk maju masih terbuka lebar. “Logikanya, tidak ada lagi partai untuk saya. Tapi keimanan saya, saya percaya ada takdir. Takdir itu masih ada, peluang itu masih ada,” ungkapnya.

Gatot mengakui saat ini dirinya bertindak sebagai penonton politik. Keadaan dirinya sama persis ketika menyaksikan pertandingan Piala Dunia yang telah berakhir beberapa waktu lalu. Kendati sebagai penonton politik, menurutnya ada sesuatu yang perlu di cermati yakni adanya gejala hegemoni politik di Tanah Air.

“Ini ada hegemoni politik dan bahkan pembunuhan partai politik,” ujarnya. Gatot menilai hegemoni dan pembunuhan parpol bisa dilihat dari penerapan presidential threshold yang dipatok menjadi 20%, yang perolehan suara partai tetap mengacu pada Pemilu 2014.

Sementara Pemilu 2019 di putuskan secara serentak. “Ada pemenang pileg yang memperoleh 19,9% sehingga dia tinggal menambah partai mana pun, satu saja dan mendapat lebih dari 20%. Inilah yang saya katakan hegemoni,” ungkapnya.

Kemudian, kata Gatot, pembunuhan parpol yang dimaksudkan adalah mengenai Pasal 414 Undang-Undang Pemilu yang menetapkan ambang batas parlemen sebesar 4%. Menurut dia, partai yang tidak lolos meski memiliki suara satu kursi akan diberikan kepada partai lain.

“Kelebihannya diberikan ke mana? partai lain. Apakah tahu enggak saya. Kira-kira rela enggak, wong saya (misalnya maju dari) PKS kok kursinya ke sana (partai lain),” tandasnya. Terkait peluang dirinya menjadi cawapres bagi Prabowo Subianto, Gatot mengaku belum bisa dipastikan.

Untuk diketahui, nama Gatot cukup sering dikaitkan dengan peluangnya menjadi cawapres Prabowo Subianto. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil survei yang menempatkan dirinya sebagai salah satu nama yang berpeluang menjadi kandidat yang mampu menyaingi elektabilitas Joko Widodo bila dipasangkan dengan Prabowo Subianto.

Dalam kesempatan itu, Gatot juga menilai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang aneh bin ajaib lantaran tidak punya GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara). Tidak punya pembangunan jangka panjang. Dirinya melihat petinggi negara saat ini harus mempertanggungjawabkan hal tersebut.

“Ini mungkin seperti ini, kita sampai belum, perlu evaluasi, perlu kita benahi lagi. Jika saya terpilih sebagai presiden, (dirinya) akan mengembalikan GBHN yang selama ini telah dihapus,” tegasnya.(exe/sndo)


0 Komentar