Jumat, 13 Juli 2018 09:53 WIB

Partai Demokrat Memiliki Tiga Opsi Dalam Menghadapi Pilpres 2019

Editor : A. Amir
Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, empat minggu ini partainya akan mematangkan komunikasi politik. Apakah akan memilih opsi bergabung dengan koalisi Joko Widodo, Prabowo Subianto atau membentuk poros ketiga.

Tapi SBY menegaskan, partai Demokrat akan meminta kesediaan capres dan cawapres untuk menandatangani kontrak politik dengan partai. Hal itu demi memenuhi harapan rakyat yang telah diserap oleh Demokrat empat tahun belakangan ini.

"Oleh karena itu kami berpedapat bahwa agar rakyat Indonesia mendapatkan pemimpin-pemimpin yang bisa memenuhi harapan mereka, maka kami merumuskan ada lima elemen utama kelak akan menjadi bagian semacam kontrak politik antara capres dan cawapres diusung Demokrat dengan Partai Demokrat," kata SBY disampaikan melalui video yang direkam pada 9 Juli lalu, Kamis (12/7/2018).

SBY menjelaskan, poin pertama yakni mengenai ideologi capres dan cawapres. Mereka harus benar-benar memahami Pancasila sebagai dasar negara. Capres dan Cawapres harus mengamalkan penuh Pancasila.

Konsekuensinya, pemimpin mendatang tidak membuka ruang apapun di negeri ini tumbuhnya ideologi, paham atau pikiran yang bertentangan dengan Pancasila.

"Misalnya di waktu lalu komunisme. Juga tidak membuka ruang atas pikiran atau gerakan yang ingin jadikan Indonesia sebagai negara agama. Ini posisi Partai Demokrat dan ini juga harapan masyarakat Indonesia maka di bidang ideologi capres cawapres yang akan datang bersedia melakukan kontrak politik atas kejelasan ideologi mereka," kata SBY lagi.

Kedua di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat. SBY menilai, rakyat saat ini sedang menghadapi sejumlah persoalan di bidang ekonomi dan kesejahteraan. Misalnya sulitnya mendapat lapangana pekerjaan, daya beli menurun. Selain itu, ada hambatan disana sini di dunia investasi dan dunia usaha yang diperlukan penggerakan dari negara dan pemerintah agar dunia usaha dan investasi tumbuh makin baik.

Kemudian, lanjut SBY, kemiskinan mesti diturunkan dengan upaya yang makin serius. Serta diharapkan ada keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dengan pembangunan manusianya. Tidak kalah pentingnya rakyat berharap agar pajak, kebijakan perpajakan itu adil dan benar-benar tidak membebani rakyat.

"Di bidang hukum dan keadilan, rakyat berharap penegakan hukum berlangsung secara adil, pemberantasan korupsi tidak tebang pilih, negara tidak lakukan intervensi dan hukum tidak boleh menjadi alat politik, kekuatan politik manapun," kata Presiden RI dua periode itu.

Keempat menyangkut politik dan demokrasi. Pertama, berharap pemimpin-pemimpin masa depan mendapatkan presiden dan wakil presiden taat konstitusi dan UU sistem ketatanegaraan yang berlaku. Demokrat juga berharap, cek and balaces antara lembaga negara betul-betul tegak.

"Stabilitas politik sangat penting ditegakkan tanpa dengan cara-cara yang represif, kebebasan bicara dan kebebasan pers harus dijunjung tinggi, netralitas negara dan aparat dalam pemilu itu juga harus ditegakan. Kemudian rakyat juga berharap agar hoaks atau berita palsu berita fitnah itu ditertibkan secara adil," ucap SBY.

Terakhir atau yang kelima, pemimpin mendatang harus benar-benar bisa menjaga persatuan dan kerukunan sosial dan sikap antiradikalisme persatuan bangsa dan kerukunan atau harmonisasi penting ditegakkan dalam kehidupan bangsa yang majemuk. Kebhinekaan dan toleransi juga harus dipelihara.

Demokrat menolak ekstrimisme, radikalisme dan kekerasan dalam bentuk apapun dan atas nama apapun. Presiden dan wakil presiden juga harus bisa mencegah politik identitas atau politik SARA dalam pemilu dan pilkada dan demokrasi.

"Kita akan mundur ke belakang kalau politik identitas mewarnai pemilu dan pilkada kita. Namun kita harus mencegah sikap dengan mudah menuduh kelompok tertentu sebagai golongan radikal, kita juga mencegah sikap islamophobia di negeri kita," jelas dia.

"Mudah-mudahan partai kami bisa menetapkan capres dan cawapres yang kami pilih nanti sehingga membawa kebaikan bagi negara dan rakyat kita lima tahun mendatang," ujar SBY.

Tapi lebih lanjut SBY mengakui, tak menutup kemungkinan partainya nanti akan membentuk poros ketiga. Hal tersebut ditandai dengan komunikasi partainya dengan sejumlah petinggi partai dan para tokoh yang dianggap bisa menjadi capres potensial.

"Majelis tinggi partai sependapat untuk menetapkan tiga opsi berkaitan dengan capres dan cawapres ini. Opsi pertama Demokrat mengusung Pak Jokowi, opsi kedua Demokrat mengusung Pak Prabowo, sedangkan opsi ketiga apabila poros ketiga bisa kita bentuk, maka berarti Demorkat akan mengusung capres lain selain pak Jokowi dan Pak Prabowo," kata SBY lagi.

Empat minggu mendatang, kata SBY, majelis tinggi partai Demokrat akan menggodok dan mematangkan opsi mana yang akan Demokrat pilih. Kerangka berpikir yang Demokrat tetapkan di dalam menetapkan siapa capres dan cawapres yang diusung kelak pada prinsipnya ada dua.

Pertama, visi misi dan kebijakan yang akan ditempuh oleh capres cawpres apabila mereka terpilih untuk memimpin Indonesia haruslah sesuai dengan kepentingan dan harapan rakyat, haruslah menjawab persolan yang dihadapi oleh rakyat.

Kedua, capres dan cawapres harus memberikan manfaat kepada Partai Demokrat. Misalnya, memberikan manfaat kepada pemilu legislatif, kader-kader Demokrat pada pemilu legislatif 2019 mendatang.

"Juga terus terang karena Demokrat juga memiliki kader unggulan yang saat ini memiliki elektabilitas yang tinggi untuk jadi cawapres, maka tidak berlebihan jika kader Demokrat berharap salah satu kader terbaiknya bisa menjadi cawapres meskipun ini bukan harga mati," pungkas SBY.


0 Komentar