Senin, 11 Juni 2018 12:48 WIB

Beda dengan Urut, Lulusan Fisioterapi Tak Cukup Hanya Miliki Ijazah

Editor : Yusuf Ibrahim
Ketua Umum IFI ( Ikatan Fisioterapi Indonesia) Periode 2016-2021, Moh. Ali Imron (tengah). (foto Esa/Tigapilarnews.com)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Supaya bisa menjadi seorang fisiopterapi, seorang mahasiswa lulusan ilmu fisioterapi tak cukup hanya memiliki ijazah.

Dia juga harus memiliki Surat Tanda Regristasi (STR) dan Surat Izin Praktek. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum IFI ( Ikatan Fisioterapi Indonesia) Periode 2016-2021, Moh. Ali Imron, saat merayakan HUT IFI ke-50, di Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (10/05/2018) petang.

Lebih jauh dikatakannya, IFI juga mengerahkan puluhan tenaga ahli bersetifikat internasional saat berlangsungnya Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 yang akan berlangsung di Indonesia.

“Biasanya saat pertandingan olahraga, sangat berpotensi atlet mengalami cedera. Untuk menghindari kesalahan saat penanganan cedera, IFI telah menyiagakan 40 tenaga ahli bersertifikat internasional selama berlangsungnya Asian Games dan Asian Games di Tanah air,” kata Ali Imron.

Dia tidak merinci dimana saja ke-40 tenaga ahli fisioterapinya bakal ditugaskan. Yang pasti, mereka ada yang akan ditempatkan di veneu-venue yang atletnya berpotensi cedera, klinik, dan di sejumlah rumah sakit yang dijadikan rujukan oleh panitia Asian Games dan Asian Paragames.

“Tenaga ahli IFI akan berada di venue-venue seperti sepak bola, basket, tinju, dan cabang olahraga yang berpotensi terjadi cedera. Untuk cabang olahraga seperti bridge atau catur, IFI tak akan menempatkan tenaga fisioterafinya,” ujarnya menambahkan.

Dia menjelaskan, jelang dua bulan dilaksanakannya Asian Games 2018, komunikasi antara IFI dengan INASGOC semakin kontinyu.

“Fisioterapi beda dengan urut atau massage. Tenaga-tenaga ahli IFI sudah paham dengan cedera yang dialami atlet, kerena memang ada ilmunya.Berbeda dengan yang dilakukan tukang urut atau sejenisnya, mereka masih mencari-cari penyebab terjadinya cedera. Jika atlet yang cedera ditangani oleh tenaga ahli IFI, besar kemungkinan mereka akan sembuh. Namun kalau ditangani dengan cara yang salah, bisa saja atlet tersebut tak sembuh, bahkan cacat seumur hidup.”

Di usia yang ke-50 ini, IFI yang didirikan oleh Prof Dr Suharso, kini sudah memiliki lebih dari 12.000 member di Tanah Air.

“IFI kini ada di 134 kabupaten di seluruh provinsi di Tanah Air (34 provinsi). Namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, jumlah tenaga fisioterafi IFI, masih sangat kurang. Perhitungannya, 1 tenaga ahli IFI harus menangani sekitar 35.000 orang,” lanjutnya.

Sementara di Jepang, 1 tenaga ahli fisioterapi hanya menangani sekitar 5.000 orang, di Taiwan 1 tenaga fisioterafi harus menangani 10.000 orang. “Idealnya, 1 tenaga ahli IFI hanya menangani 10.000 orang. Kita masih kekurangan tenaga fisioterapi,” pungkasnya.(exe)


0 Komentar