Kamis, 07 Juni 2018 02:26 WIB

Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di Inggeris serta Kisahnya

Editor : A. Amir

London, Tigapilarnews.com - Perkembangan Islam di Inggris dimudahkan dengan adanya satu juta umat Islam itu sendiri di Inggris dari jumlah keseluruhan 25 juta umat Islam yang ada di Eropa.

Kota London di Inggris memang menjadi pusat sebagian besar Islamic Center dan organisasi Islam Eropa barat.

Sejak dipindahkannya Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris, Inggris memiliki Universitas Cambridge dan Oxford.

Selain itu adanya tokoh yang aktif dalam penyebaran pengetahuan agama Islam. Pekus Al Ponsi, adalah tokoh Islam yang menjadi dokter istana Raja Henry I.

Di Inggris kaum muslim tidak banyak mendapatkan kesulitan yang berarti saat mengimplementasikan agamanya. Terlebih lagi kondisi ini didukung oleh kebijakan pemerintah Inggris yang membebaskan warganya untuk menjalankan ajaran agamanya.

Nilai-nilai kehidupan di Inggris yang dirasa semakin gersang menambah jumlah kulit putih untuk menjadi mualaf.

Tak hanya bangunan-bangunan yang berpindah agama, tapi juga orang-orang nya ikut berpindah agama, jumlah muallaf telah meningkat pesat.

Media ternama Inggeris Daily Mail mempublikasikan foto-foto dari sebuah gereja dan masjid yang hanya terpisah beberapa meter dari satu sama lain di jantung kota London. Gereja San Giorgio, didesain untuk mengakomodasi 1.230 jamaah, hanya 12 orang yang berkumpul untuk melakukan kebaktian. Sedangkan gereja Santa Maria, hanya dikunjungi 20 orang.

Sebaliknya, Masjid Brune Street state yang berada tidak jauh (berdekatan) memperlihatkan situasi yang justru sebaliknya, jumlah jamaahnya membludak sampai ke jalan-jalan untuk sholat.

Banyak orang Inggris yang masuk Islam, selanjutnya bersama muslim imigran  mengembangkan masjid dan bangunan Islam.

Selain itu pemerintah Inggris juga mengizinkan warganya untuk membangun fasilitas bagi kepentingan agama masing-masing.

Berkembangnya Islam di kampus, sehingga banyak kegiatan yang dilakukan dalam bentuk mimbar bebas, bahkan kegiatan nasional.

Di samping itu ada beberapa organisasi Islam lain yang berperan dalam sosialisasi Islam, antara lain Majelis Islam Eropa sebagai pengawas kebudayaan Eropa, Persatuan Organisasi Islam Inggris, dan lainnya.

Dari sisi sosial budaya, kaum muslim telah memberikan corak kehidupan tersendiri di tengah kehidupan kaum kapitalis sekuler Eropa.

Masjid juga berdiri dengan berbagai corak, misalnya East London Mosque yang berfungsi sebagai London Muslim Center.

Sangat mudah ditemukan restoran halal masakan Pakistan, India, Turki dan Timur Tengah.

Dalam kerangka politik luar negerinya, lnggris memang terlihat memusuhi negera-negera Islam karena akar sejarahnya.

Namun sebaliknya kebijakan politik dalam negerinya melindungi warganya yang beragama Islam.

Institusi Inggris juga mengatur dan melindungi kebebasan setiap individu untuk berekspresi dan berpendapat. Pemerintah Inggris ingin membuat pencitraan sebagai negara demokrasi yang menjunjung tinggi prinsip demokrasi dan HAM.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di Inggeris, antara tahun 2001 dan 2009, populasi Muslim meningkat 10 kali lebih cepat daripada populasi non-muslim (sumber: Wikipedia)

Di London sendiri Walikotanya Sadiq Khan seorang muslim. Bila ditelusuri, Khan sesungguhnya bukanlah walikota Muslim satu-satunya di Barat.

Di Inggris sendiri tercatat ada sejumlah walikota Muslim, seperti Jilani Chowdhury dan Muhammad Abdullah Salique. Di negara Eropa lainnya (Belanda) ada nama Ahmed Aboutaleb.

Di Amerika Serikat (AS) ada nama Mohammed Hameeduddin. Dan di Kanada ada nama Naheed Kurban Nenshi.

Mengapa perkembangan Islam di Inggris ini cukup mendapatkan apresiasi dalam  kehidupan sosial budaya yang  mayoritas non-muslim?

Penyebabnya tidak lain adalah karakteristik ajaran Islam yang penuh toleransi dan menghargai hak-hak kemanusiaan.

Akhirnya bisa dikatakan wajar apabila pangeran Charles, juga memberikan apresiasi terkait prinsip-prinsip yang dianut dalam Islam dengan mengganggapnya mampu menyelamatkan dunia.

Ada salah satu kisah menarik dibalik mantan Perdana Inggris Tony Blair yang mendukung Israel.

Ramadhan 1429 H. (2008), wartawan cantik BBC Lauren Booth adik ipar Tony Blair yang berpergian ke Gaza. Setelah melalui berbagai pemeriksaan dan hambatan oleh pasukan Israel, sampai juga ia di sebuah perkampungan Palestina.

Ia mengetuk pintu sebuah rumah. Pintu segera terbuka, seorang ibu Palestina keluar, dengan wajah berseri-seri, "Assalamu'alaikum, faddhal (silahkan masuk)."

Lauren bercerita: "Wajahnya berseri, matanya bersinar, dia mempersilahkan saya masuk ke rumahnya seperti mempersilahkan saya masuk ke istana Taj Mahal. Seakan-akan rumahnya adalah tempat terindah di dunia."

Lauren memperhatikan rumahnya: Hanya dinding, atap, dan dua tikar terhampar. Satu tikar untuk tidur dan shalat, satu tikar untuk hidangan makanan. Tidak ada apa-apa selain itu. Lemari, kursi, apalagi televisi, tidak ada.

Tapi ungkapan wajah dan bahasa tubuhnya seperti orang yang sangat berbahagia, Lauren tak habis pikir, mereka pun duduk di tikar.

Dan si ibu menyodorkan makanan, yang hanya terdiri dari roti, bumbu, dan selada.

Melihat 'menu prihatin' itu, Lauren berulang-ulang menolak tawaran makanan itu, bukan tidak suka, tapi bagaimana mungkin ia memakan makanan orang miskin? Yang makanannya sangat terbatas? Hanya makanan itulah yang si ibu punya.

Tapi si ibu terus menyodorkan makanan. "Anda adalah tamu kami," katanya. Akhirnya, untuk sekedar menghargai, dia memakan satu roti sembari bilang: "Mari makan bersama."

Si Ibu menolak karena sedang puasa.

Seperti diceritakannya, ia marah kepada si ibu itu," Sudah prihatin, ada makanan, tapi menunda makan."

"Saya marah kepada Islam, yang mengharuskan orang berlapar-lapar selama 30 hari. Saya marah kepada Qur'an, yang mewajibkan ibu ini menahan lapar dan dahaga, padahal mereka butuh makan-minum, dan makanan minuman itu ada."

"Saya jengkel. Maka saya tanya ibu itu: Mengapa ibu puasa? Untuk apa?"

Ibu itu menjawab: "Kami berpuasa untuk bersyukur kepada Tuhan, karena bisa merasakan apa yang dialami saudara-saudara kami yang miskin."

Lauren bercerita lagi, dengan suara gemetar: "Mendengar jawaban itu, saya tak kuasa membendung air mata. Ibu ini tak punya apa-apa di dunia. Dia masih bersyukur dan berbagi rasa dengan orang yang lebih malang darinya."

Ketika menuliskan ini, kulit saya pun merinding, malu pada ibu itu, ingat sudah punya ini-itu, masih ingin ini-itu, masih terus merasa kurang, dan sangat sedikit berkorban untuk orang lain.

Hening beberapa saat dalam diri Lauren. Lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: "Jika ini Islam, Saya ingin jadi Muslim."

Tahun 2010, Lauren muncul di saluran TV Islam dalam acara Global Peace and Unity, mengenakan busana Muslimah, dan memaklumkan: "My name is Lauren Booth, and I am a Muslim."

"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". [Al Qashash/28 : 56]

Lalu ada penelusuran terhadap Tony Blair dalam memandang Islam.

"Saya membaca Alquran setiap hari. Ini saya lakukan untuk memahami apa yang terjadi di dunia. Saya melihat Quran sangatlah instruktif," ungkap Blair seperti dikutip Daily Mail,  Senin (13/6/2011).

Blair sempat mengatakan bahwa Islam adalah agama yang indah. Dirinya pun menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang amat mendorong kemanusiaan. Pada 2006 lalu dia menyebut Alquran sebagai buku reformis yang amat inklusif. 

"Quran amat meninggikan ilmu pengetahuan dan amat membenci tahayul. Selain itu Alquran juga amat praktis dan jauh lebih maju ketika membicarakan sikap menghadapi pernikahan, keseteraan perempuan serta pemerintahan," jelas ungkapan dari Tony blair

Dan memang benar banyak orang yang membaca tapi belum tentu paham dengan isinya. Dan banyak orang yang paham dengan Alquran tapi belum tentu mengamalkan, banyak yang bisa mengamalkan tapi belum tentu ikhlas.

Wallahu a’lam bish-shawabi.. (AA)


0 Komentar