Rabu, 23 Mei 2018 08:21 WIB

Komisi III Diminta Selidiki Tindakan Represif Polri Terhadap Aktivis HMI

Editor : Rajaman
Polisi Pukuli Aktivisi HMI di Depan Istana Negara (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Ketua DPR Bambang Soesatyo menyoroti tindakan represif aparat terhadap aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat unjuk rasa Refleksi 20 Tahun Reformasi di depan Istana Negara, Senin (21/5/2018).

Bamsoet panggilan akrabnya, meminta Komisi III DPR yang membidangi hukum dan keamanan untuk menyelidiki insiden ini.

Dia tidak ingin, di alam demokrasi saat ini masih ada tindakan represif aparat kepada masyarakat, yang sedang menyampaikan aspirasi.

“Kami sudah meminta Komisi III untuk mengingatkan seluruh aparat keamanan untuk tidak represif demi kondusivitas politik saat ini,” kata Bamsoet, Rabu (23/5/2018).

Bamsoet yang juga mantan aktivis HMI ini meminta, aparat kepolisian untuk menghentikan tindakan-tindakan represif kepada pengunjuk rasa.

“Saya minta polisi jangan represif kepada pendemo dan pengunjuk rasa yang menyampaikan aspirasi,” ujarnya.

Apalagi, Bamsoet menilai, di tahun politik ini tindakan polisi bisa membuat suasan semakin panas. Kendati tugasnya untuk mengamankan istana, namun persepsi di masyarakat bisa berbeda.

Aktivis HMI sebelumnya terlibat bentrok dengan aparat kepolisian di depan istana pada Senin (21/5/2018).

Terekam dalam video penganiayaan anggota polisi kepada pendemo HMI itu menyebar di jagad media sosial. Akibatnya, beberapa kader HMI mengalami luka-luka dan dibawa ke RS Tarakan. 

Aktivis HMI Adukan Polisi ke Komnas HAM

Terpisah, puluhan aktivis HMI Cabang Jakarta mendatangi kantor Komnas HAM di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/5/2018). Mereka mengadukan tindakan represif aparat kepolisian.

“Kami ditendang, dipukul sampai berdarah. Padahal kami hanya menyuarakan aspirasi dari rakyat. Seharusnya aparat penegak hukum yang menjadi garda terdepan Negara ini harus netral kepada rakyat,” ujar salah seorang orator aksi di halaman kantor Komnas HAM.

Mereka menuntut Komnas HAM menindak oknum aparat yang melakukan kekerasan.

Salah satu korban luka-luka yang juga Ketua HMI MPO Cabang Jakarta Al Azhar Musa terlihat ikut ke kantor Komnas HAM.

Meski kepala masih diperban dan mata kiri merah sisa bentrokan kemarin, tidak mengurungkan niat Al Azhar dan teman-teman untuk terus menuntut keadilan.

Kronologi versi Polisi

Demo massa HMI MPO dalam memperingati 20 tahun Reformasi berakhir ricuh. Tujuh mahasiswa sempat mengalami luka dan sempat dirawat di RSUD Tarakan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan demo digelar di pintu silang Monas barat laut depan Istana pada Senin (21/5/2018). Jumlah massa yang mengikuti unjuk rasa itu sekitar 25 orang.

“Kejadian pembakaran ban yang dilakukan HMI MPO di pintu silang Monas barat laut depan Istana (Taman Pandang),” kata Argo dalam keterangannya.

Ada tiga tuntutan yang disampaikan massa aksi. Pertama, mereka meminta Presiden Joko Widodo mencopot Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait adanya aksi teror yang terjadi belakangan ini.

Kedua, massa meminta Jokowi mengganti Kepala BIN Budi Gunawan. Ketiga, massa menuntut Jokowi-JK mundur dari jabatannya karena dinilai gagal menjalankan tugas.

Argo kemudian menjelaskan kronologi aksi yang sempat ricuh tersebut. Berikut ini kronologinya:

14.30 WIB

Massa bergeser dari Patung Kuda menuju Taman Pandang.

15.10 WIB

Mahasiswa mencoba mengarah ke Istana, namun dapat dilakukan penyekatan, sesuai protap diarahkan ke Taman Pandang.

Setelah itu, mahasiswa berorasi di Taman Pandang tetapi di sisi luar jalan melewati water barrier dan beton. Sebagian berdiri di atas barrier beton.

15.30 WIB

Dilakukan pemasangan kawat barrier.

16.00 WIB

Mahasiswa mendorong water barrier ke arah jalan sehingga kawat barrier terdorong ke jalan dan mulai menginjak-injak kawat barrier.

16.25 WIB

Mahasiswa membuat barikade lingkaran untuk membakar dua buah ban sepeda motor dengan menggunakan 1 kantong plastik bensin.

16.30 WIB

Mahasiswa membakar ban. Polisi mencoba mematikan api, namun dihadang oleh mahasiswa, salah satu menggunakan bambu sehingga terjadi aksi dorong-dorongan dan terjadi kericuhan. Tujuh mahasiswa mengalami luka, dan dibawa ke RSUD Tarakan.

20.00 WIB

Mahasiswa diperbolehkan pulang setelah diberikan perawatan dan pengobatan.


0 Komentar