Kamis, 10 Mei 2018 07:22 WIB

Teroris Perusuh di Mako Brimob Hendak Permalukan Polisi

Editor : Rajaman
Suasana Saat Napi Teroris Menyerang Mako Brimob, Depok (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Di Yordania, Kapolri Jenderal Tito Karnavian tengah berbicara soal pemberantasan terorisme. Di Mako Brimob, Depok, teroris justru beraksi rusuh mengakibatkan 6 orang tewas, 5 orang di antaranya adalah polisi itu sendiri. 

Indonesia Police Watch (IPW) menilai teroris sedang berusaha untuk mempermalukan polisi di muka publik. Pemilihan momentum serangan ini bertepatan dengan lawatan Tito di Amman, Yordania.

"Ada grand design teroris untuk mempermalukan polisi, karena di saat bersamaan Kapolri ada di Yordania berbicara soal antiterorisme, dia juga berbicara keberhasilan Indonesia dalam memberantas terorisme," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Rabu (9/5/2018).

Penanganan penyanderaan ini memang harus hati-hati. Soalnya dikhawatirkan teroris berbuat nekat. IPW mendukung polisi untuk mengedepankan langkah negosiasi.

"Sebisa mungkin negosiasi, supaya tidak ada korban. Karena saat ini sudah ada lima korban dari polisi tewas. Polisi harus hati-hati supaya jangan ada lagi korban. Ini akan memalukan (bila ada korban lagi)," kata Neta.

Polri Harus Waspada

Sementara itu, Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan jaringan teroris tengah menyusun strategi untuk melakukan serangan pasca-kerusuhan di Mako Brimob. Polri diimbau untuk mewaspadai adanya serangan di luar Mako Brimob.

"Jaringan di luar sedang dipanggil untuk terlibat aktif di dalam penyerangan di Mako Brimob, tapi saat ini mereka belum muncul," kata Al Chaidar.

Menurut Chaidar, dengan adanya penyanderaan yang dilakukan teroris di dalam Rutan Mako Brimob menambah kekuatan jaringan teroris yang berada di luar. Polri diimbau untuk mewaspadai gerakan teroris di luar yang akan melakukan penyerangan.

"Mereka akan membantu menyerang polisi dari luar. Ya harus sudah diwaspadi dari sekarang," imbuhnya.

Al Chaidar mengatakan, napi teroris yang berada di dalam Rutan Maki Brimob poisisnya sangat kuat. Mereka sudah menguasai senjata api polisi, sehingga lebih sulit untuk diserbu.

"Senjata mereka tujuh pucuk laras panjang, yang laras pendek tujuh pucuk, peluru juga 300-an (butir) kaliber kecil," imbuhnya.

Dengan persenjataan itu, napi teroris punya tingkat bargaining lebih tinggi. Sehingga proses negosiasi pun dinilai hanya akan membuang-buang waktu.

Untuk itu, Polri disarankan untuk melakukan upaya last resort meski punya risiko tinggi. Negosiasi dinilai tidak akan berhasil. Kalaupun polisi melakukan penyerbuan, napi teroris disebut sudah siap mati. 

Pada Selasa (8/5/2018) kemarin, Tito menjadi tamu undangan khusus pendiri Middle East Special Operations Commanders Conference (MESOC), Raja Arab King Abdullah II. Dalam konferensi MESOC ke-9 tersebut, Tito diminta berbagi ilmu tentang cara memberantas terorisme.

Setelah menerima informasi soal peristiwa kerusuhan di Rumah Tahanan Mako Brimob, Tito memutuskan pulang ke Indonesia. Tito akan pulang pada Kamis (10/5) pagi besok. 

"Pak Kapolri pulang, besok pagi beliau sampai, mudah-mudahan lancar," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, tadi.


0 Komentar