Rabu, 09 Mei 2018 09:48 WIB

Presiden Palestina Mendesak Negara Amerika Latin Jangan Mengikuti Langkah AS

Editor : Amri Syahputra
Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kanan) dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro (kiri) di Caracas.

Caracas, Tigapilarnews.com _ Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak negara-negara Amerika Latin pada hari Senin untuk tidak meniru keputusan AS yang kontroversial untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.

Amerika Serikat rencana akan merelokasi kedutaannya dari Tel Aviv pada 14 Mei ke Yerusalem, sebuah langkah yang telah memicu protes besar warga Palestina, yang menganggap Yerusalem timur sebagai ibukota negara masa depan mereka.

"Kami berharap bahwa beberapa negara di Amerika Latin tidak akan memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem yang diduduki, karena itu melanggar hukum internasional," kata Abbas dalam pertemuan dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas.

Pemimpin Palestina itu berterima kasih kepada sekutu Maduro karena menolak keputusan Washington untuk mengakui Yerusalem yang diduduki sebagai ibu kota Israel dan tidak merelokasi kedutaannya.

Guatemala telah mengumumkan akan memindahkan kedutaannya di Israel ke Yerusalem, dua hari setelah Amerika Serikat mendekralasikan kepindahan kedutaannya.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Paraguay dan kementerian luar negeri Israel mengatakan pada hari Senin bahwa Paraguay akan memindahkan kedutaannya di Israel ke Yerusalem pada akhir Mei.

"Presiden Paraguay Horacio Cartes berencana untuk datang ke Israel pada akhir bulan untuk membuka kedutaan di Yerusalem," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Emmanuel Nahshon dalam sebuah pernyataan.

Juru bicara pemerintah Paraguay mengatakan Cartes menjadwalkan perjalanan ke Israel untuk memindahkan kedutaan pada 21 Mei atau 22 Mei.

Israel merebut Yerusalem Timur dari kontrol Yordania dalam perang Timur Tengah 1967 dan mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Sejak itu ribuan warga Palestina terpaksa tinggal di berbagai kamp pengungsi di negara-negara tetangga. Satu pengungsi seperti itu

Thaer Sharkawi, 31, belum pernah mengunjungi tempat yang dia sebut rumah.

Orang Palestina lahir dan dibesarkan di kamp pengungsi Amari di Tepi Barat yang diduduki, tetapi baginya rumahnya berjarak 50 kilometer jauhnya di kota Kafr Ana yang sekarang disebut Israel.


0 Komentar