Kamis, 19 April 2018 13:24 WIB

Zaman Serba Robot Segera Bangkit, Jokowi Nilai Masyarakat Terlalu Pesimistis

Editor : Yusuf Ibrahim
Robot pembantu tengah membersihkan perabotan dan lantai di dalam rumah. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakin industri 4.0 yang serba digital tak bakal mempengaruhi jumlah penggunaan tenaga kerja di masa mendatang.

Menurutnya selama ini masyarakat cenderung terlalu pesimistis akan bangkitnya zaman serba robot sehingga akan mengancam penggunaan tenaga manusia di masa mendatang.

"Kalau yang pesimis-pesimis seperti itu saya nggak percaya. Saya lihat dari industri otomotif diam semua, padahal saya nggak percaya. Saya percaya dengan revolusi industri 4.0, pertumbuhan sektor otomotif akan melonjak bukan menciut. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan bertambah bukan berkurang," katanya saat membuka acara IIMS 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (19/04/2018).

Dia tahu konsekuensi dari revolusi 4.0 khususnya di sektor otomotif akan memberikan dampak pergeseran tugas pekerjaan dan jenis pekerjaan.

Hal itu didasari dari jumlah komponen otomotif dalam sebuah mobil listrik yang akan menciut jika semua mobil di Indonesia sudah berganti menjadi mobil listrik.

Menurutnya, dengan tren bisnis mobil yang seperti itu, artinya perawatan mobil justru akan lebih intensif. Selain itu ada pula penggunaan transportasi publik, seperti MRT, LRT, Busway, hingga mobil publik yang bisa dipakai tiap orang dan terus terusan. Hal itu menurut dia bisa menjadi kesempatan orang dalam hal perawatannya.

Lalu, karena mobil listrik itu merupakan mesin yang jauh lebih sederhana dari mobil biasa, maka mobil listrik akan lebih jarang mogok dan jarang perlu diperbaiki atau dirawat. Hal itu disebut akan berdampak pada pekerjaan di bengkel yang akan berkurang.

Kemudian di sisi perdagangan digital atau e-Commerce, sesuatu yang disebut sharing ekonomi di sektor angkutan mobil akan berpengaruh ke penjualan mobil karena pelanggan nantinya dapat akses angkutan mobil kapan saja di mana saja dengan handphone.

Namun semua perubahan itu menurut dia justru menjadi tantangan dan peluang bagi manusia untuk membaca kesempatan mengisi posisi lainnya.

Menurutnya anggapan bahwa industri otomotif yang selama ini menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia akan menciut luar biasa adalah prediksi yang salah dan dia tidak percayai.


Dia justru percaya dengan revolusi industri 4.0 pertumbuhan sektor otomotif akan melonjak bukan menciut. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan bertambah bukan berkurang.

"Bahwa jenis pekerjaan akan berubah, iya. Pekerja harus bergeser ke jenis pekerjaan yang agak berbeda, iya. Tapi jumlah pekerja di sektor otomotif dan transportasi akan berkurang, menurut saya tidak," ungkapnya.

"Berarti masing-masing mobil akan dipakai terus-terusan. Bisa 8 jam, 20 jam, bahkan bisa 24 jam sehari. Yang pasti mobil harus dirawat intensif, harus dirawat sering-sering, interior sering dicuci, eksterior juga harus dicuci. Bayangkan betapa sulitnya merawat taksi yang dikendarai 18 jam orang keluar masuk, artinya mobil publik harus dirawat intensif dan dicuci," ungkapnya.

"Artinya cuci mobil, merawat mobil adalah jasa padat karya, dan kalau mobil biasa dipakai 20 jam per hari, sudah pasti mobil itu nggak tahan lama. Artinya Apa? Life cycle mobil akan lebih cepat. Kalau dulu mobil pribadi bisa tahan 12 tahun, mungkin nanti mobil publik harus ganti 2 sampai 4 tahun, artinya produksi mobil harus lebih banyak," tambahnya.

Bahwa akan ada jurang teknologi di sektor otomotif, yakni revolusi industri 4.0 akan menjungkir balikkan industri otomotif adalah benar.

Tapi transisi ke generasi berikut dari teknologi otomotif akan membuka peluang, namun Indonesia perlu melek, tahu, dan benar benar mengikuti perubahan ini, benar-benar mencermati, mendalami secara cepat dan mempersiapkan secara cepat untuk menangkap peluang itu.

"Saya optimistis dengan bakat yang kita punya, yang dimiliki Indonesia di sektor otomotif, saya yakin kita bisa garap peluang yang ada," pungkasnya.(exe/ist)
 


0 Komentar