Kamis, 04 Januari 2018 07:50 WIB

Soal Hoax Bukan Kritik, Kepala BSSN Jangan Asal Bicara

Editor : Rajaman
Kepala BSSN Djoko Setiadi (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Wakil Ketua Komisi I DPR RI TB Hasanuddin menyanggah pembelaan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi soal hoax membangun. TB menuturkan bahwa hoax berbeda makna dengan kritik.

"Agar dipahami oleh Kepala BSSN, bahwa hoax itu bukan kritik. Jadi tidak ada hoax yang membangun. Pengertian hoax saja sudah negatif, lantaran bersifat fitnah, memutarbalikan, dan pencemaran nama baik. Jadi, bagaimana mungkin hoax bisa diartikan positif," kata TB dalam keterangan pers, Kamis (4/1/2018).

Ia juga menyarankan agar Djoko tidak asal bicara sebagai pejabat publik. Menurutnya, Djoko perlu banyak membaca aturan terkait penanganan kejahatan siber.

"Saran saya kepada Kepala BSSN Djoko Setiadi sebaiknya banyak membaca regulasi terkait dengan penanganan pelaku kejahatan cyber, termasuk UU ITE. Selain itu, sebagai pejabat negara, Djoko Setiadi sebaiknya tidak asal bicara pada publik sebelum memahami akar persoalan," tuturnya.

Hal senada dikatakan  Pengamat media sosial Nukman Luthfie menyoroti pernyataan 'hoax membangun' yang dilontarkan oleh Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Djoko Setiadi. Nukman menuturkan tidak ada hoax yang dikategorikan positif. 

"Ya mana ada hoax positif, nggak ada hoax positif. Hoax itu berita bohong, informasi palsu. Nggak ada positif-positifnya," kata Nukman saat dihubungi.

Menurut Nukman, pernyataan yang dilontarkan Djoko tersebut hanya salah ucap karena gugup. Mengingat posisi Djoko sebelumnya adalah sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) yang tak banyak bicara di publik.

"Dia bukan pejabat yang biasa ngomong di publik. Kan sebelumnya dia jabat Kepala Sandi Negara kan? Nggak pernah ketemu media. Orang nggak pernah dikerubutin (dikelilingi) media tiba-tiba dikerubutin, ya gugup lah," ujarnya.

Nukman menuturkan, perlu ada klarifikasi dari Djoko terkait pernyataannya tersebut. Pasalnya, jika tidak segera di klarifikasi, dikatakan Nukman, pernyataan hoax membangun tersebut akan disalah-artikan oleh masyarakat.

"Ya pasti (masyarakat akan) menyalah-artikan, makanya perlu di klarifikasi," tutur Nukman.

Ucapan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi tentang hoax membangun menjadi kontroversial, tak terkecuali topik #HoaxMembangun juga viral di media sosial. Meski meminta maaf atas ucapan itu, Djoko merasa bangga karena ucapannya bisa menuai respons masif.

"Ternyata luar biasa tanggapannya. Itu saya bangga bener," ucap Djoko saat dikonfirmasi.

Bila publik menilai salah, Djoko meminta maaf. Namun dia sendiri merasa tak meniatkan membuat pernyataan yang membenarkan hoax. 

"Niat saya nggak begitu sebenarnya. Ternyata disambutnya sangat serius. Saya bangga, saya senang sekali. Artinya, kawan-kawan begitu jeli," kata Agus. 

Dia bermaksud mengetes reaksi publik, baik wartawan yang mewawancarainya maupun masyarakat secara umum termasuk pengguna media sosial. #HoaxMembangun sempat menjadi trending topic di Twitter. 

"Sebenarnya itu semacam gimmick, sebuah gaya dan strategi. Saya pengin tahu apakah kawan-kawan ini ngeh (memperhatikan) atau nggak," ujar Djoko.

Dia mengklarifikasi bahwa tak ada hoax yang positif dan hoax membangun. Tak ada pula contoh spesifik seperti apa sebenarnya hoax membangun itu.

"Sebenarnya tidak ada. Sudah pasti hoax itu bohong dan palsu, menyesatkan," kata dia.

Seperti diketahui, pernyataan Djoko yang menjadi kontroversi di media sosial itu diungkapkannya saat menjawab pertanyaan wartawan seusai pelantikannya sebagai Kepala BSSN di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018) kemarin. Dia ditanya apakah BSSN nantinya berpengaruh untuk menghalau penyebaran hoax. Berikut adalah tuturan lengkap Djoko menjawab pertanyaan itu:

Sangat berpengaruh. Tentunya hoax ini akan kita lihat, memang hoax ada positif dan negatif. Saya juga mengimbau pada kawan-kawan, putra-putri bangsa ini, mari sebenarnya kalau hoax itu hoax membangun kita silakan saja, tapi jangan terlalu memproteslah, menjelek-jelekanlah, ujaran-ujaran tak pantas, saya rasa bisa pelan-pelan dikurangi. 

 

 

 

 

 

 


0 Komentar