Rabu, 16 Agustus 2017 08:36 WIB

Presiden Venezuela Pastikan Siap Lawan AS

Editor : Yusuf Ibrahim
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Demonstrasi besar-besaran terjadi di Caracas untuk mendukung Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengancam membuka opsi militer untuk merespons krisis politik di negara itu.

Maduro pun memerintahkan militernya untuk menggelar latihan perang untuk melawan apa yang dia sebut sebagai "invasi imperialis”.

”Saya telah memberikan perintah kepada kepala staf gabungan angkatan bersenjata untuk memulai persiapan latihan militer-sipil nasional untuk pertahanan bersenjata terpadu negara Venezuela,” kata Maduro kepada para pendukung yang telah berkumpul di ibu kota negara tersebut. 

Latihan perang dijadwalkan digelar pada 26-27 Agustus mendatang.

”Setiap orang harus bergabung dalam rencana pertahanan, jutaan pria dan wanita, mari kita lihat bagaimana imperialis Amerika menyukainya,” ujar Maduro, seperti dikutip Russia Today, Selasa (15/8/2017).

Pada hari Jumat pekan lalu, Trump menjuluki Maduro sebagai seorang “diktator”. Trump juga menyalahkan pengganti Hugo Chavez  itu atas kerusuhan selama berbulan-bulan di Venezuela. 

Untuk mengakhiri kerusuhan itu, Trump kemudian mengancam akan membuka opsi militer AS terhadap pemerintahan Maduro. “Operasi militer, opsi militer, tentu saja merupakan sesuatu yang dapat kita kejar,” kata Trump.

Pada hari Senin, ribuan warga Venezuela mencela pernyataan Trump.

”Kami akan membela negara kami jika sewaktu-waktu dinasti Amerika ingin menginjak tanah suci Bolivar dan Chavez. Kami di sini, siap bertarung, siap untuk mempertahankannya dengan darah patriot kami jika perlu,” kata Nelson Rafael Pineda, seorang perwira militer yang ikut demo besar-besaran tersebut.

Meski Trump mengancam akan membuka opsi militer, Pentagon menyatakan belum mendapat perintah untuk menjalankan opsi itu.

Wakil Presiden AS, Mike Pence, memperingatkan bahwa AS tidak akan hanya siaga dan menyaksikan negara Amerika Latin tersebut jatuh ke dalam sebuah "kediktatoran".(exe/ist)


0 Komentar