Senin, 03 Juli 2017 21:34 WIB

Bank Indonesia Desak Perbankan Mutakhirkan Sistem TI

Editor : Yusuf Ibrahim
Gubernur BI, Agus Martowardojo. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Bank Indonesia (BI) mendesak industri perbankan untuk memutakhirkan sistem teknologi informasi agar mampu membentengi diri dari serangan siber (cyber attack) yang akhir-akhir ini semakin masif, dan turut berisiko mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Menurut Gubernur BI, Agus Martowardojo, di Jakarta, Senin (03/07/2017), kadar peretasan maupun serangan virus juga terus berinovasi dan mencari celah kerentanan dalam sistem TI. Maka dari itu, industri perbankan maupun sektor keuangan lainnya harus memutakhirkan standar keamanan.

Hal tersebut disampaikan pimpinan Bank Sentral di tengah meningkatnya kesiagaan menyusul serangan virus secara global yang menamakan diri "Petya" setelah sebelumnya sistem teknologi global kelimpungan menghadapi serangan "Ransomware Wannacry".

"Semua yang menggunakan aplikasi-aplikasi teknologi agar senantiasa menggunakan versi yang terakhir. Versi yang terakhir biasanya sudah dibekali bentuk-bentuk untuk mencegah terjadinya cyber attack," katanya. 

"Tidak boleh ada kelengahan. Kita harus mempersiapkan diri karena pasti ada bentuk inovasi lain yang bisa mengganggu sistem," tambah Agus.

Ketua Umum Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Maryono mengatakan hingga Senin (3/7), belum ada laporan dari empat bank milik negara, --yang tiga di antaranya merupakan penguasa pasar perbankan--, mengenai serangan siber virus Petya.

"Biasanya, kalau satu bank kena, bank yang lain akan kena juga. Tetapi, sejauh ini kita belum mendapatkan laporan itu," kata Ketua Himbara Maryono, yang juga Dirut PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk.

Pimpinan bank swasta terbesar di Tanah Air, PT Bank Central Asia Tbk, menyatakan Petya tidak mengganggu sistem perbankan. Namun, serangan siber yang semakin marak menjadi peringatan bagi perbankan untuk meningkatkan keamanan TI.

"Akan terus jaga. Syukur sampai sekarang tidak ada masalah," ujar Presdir BCA, Jahja Setiaatmadja.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelumnya sudah meminta masyarakat dan para pimpinan institusi untuk mengantisipasi serangan siber global Ransomware Petya, dengan melakukan pencadangan data (backup) dan memutakhirkan sistem keamanan teknologi.

Industri keuangan di Indonesia, termasuk kapitalisasi pasar modal, memiliki aset lebih dari Rp16 ribu triliun. Sistem keamanan di industri keuangan menjadi pilar penting untuk menjaga kepercayaan dan keberlanjutan pertumbuhan industri yang juga menjadi sumber pendanaan penting bagi pembangunan.

Serangan "Petya" diketahui pertama kali setelah menginfeksi server di perusahaan minyak terbesar Rusia, kemudian "Petya" juga mengganggu operasi di bank Ukraina, dan mematikan komputer di perusahaan perkapalan serta periklanan multinasional.

Komputer yang terinfeksi Petya akan menampilkan sebuah pesan bahwa sistem komputer telah diblokir. Pemilik komputer diharuskan untuk menebusnya dengan membayar senilai 300 dollar AS dalam bentuk mata uang elektronik Bitcoin.(exe/ist)


0 Komentar