Kamis, 15 Juni 2017 07:27 WIB

Dolar AS Terus Melemah

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi dolar AS. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kurs dolar AS terus melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Rabu, setelah The Federal Reserve Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya sejak Desember 2015.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,08 persen pada akhir perdagangan menjadi 96,901.

Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,1217 dolar AS dari 1,1205 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik tipis menjadi 1,2748 dolar AS dari 1,2646 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia meningkat menjadi 0,7585 dolar AS dari 0,7539 dolar AS.

Dolar AS dibeli 109,64 yen Jepang, lebih rendah dari 109,97 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9719 franc Swiss dari 0,9686 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3258 dolar Kanada dari 1.3235 dolar Kanada menurut warta kantor berita Xinhua.

"Mengingat kondisi-kondisi realisasi dan ekspektasi pasar tenaga kerja serta inflasi, Komite (Pasar Terbuka Federal) memutuskan untuk menaikkan target kisaran untuk suku bunga acuan atau federal fund menjadi 1,00 persen sampai 1,25 persen," kata the Fed dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan kebijakan moneter dua harinya. 

Dolar AS mengurangi kerugian awal menyusul keputusan bank sentral, namun data ekonomi yang lemah masih membebani indeks dolar.

Data ekonomi AS keluar lebih lemah dari perkiraan. Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk semua konsumen perkotaan yang disesuaikan secara musiman turun 0,1 persen pada Mei menurut Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat pada Rabu (14/6). Selama 12 bulan terakhir, indeks semua barang naik 1,9 persen.

Indeks untuk semua barang minus makanan dan energi meningkat 0,1 persen pada Mei, dan naik 1,7 persen selama 12 bulan terakhir.

Sementara itu, perkiraan awal penjualan ritel dan jasa makanan Amerika Serikat untuk Mei turun 0,3 persen dari bulan sebelumnya menjadi 473,8 miliar dolar AS menurut pengumuman Departemen Perdagangan pada Rabu (14/06/2017).(exe/ist)


0 Komentar