Senin, 12 Juni 2017 09:51 WIB

Puasa 18 Jam di Bratislava, Slowakia

Editor : Hermawan
Bratislava, Slowakia (ist).

BRATISLAVA, Tigapilarnews.com - Ramadan tahun ini di Bratislava, Slowakia jatuh pada pertengahan musim semi hingga musim panas saat durasi siang hari jauh lebih panjang ketimbang malam hari.

Kondisi ini juga mempengaruhi aktivitas umat Muslim di sana karena durasi puasa berlangsung hingga 18 jam, beda dengan Indonesia yang hanya 12-13 jam.

“Butuh penyesuaian tersendiri,” ungkap Melati Yuniasari Fauziyah (25).

Perempuan yang sudah tujuh bulan menetap di sana menuturkan, waktu Subuh di Bratislava jatuh pada pukul 04.00, sementara Magrib tiba pada pukul 20.50 ketika matahari masih terang menyala.

Tidak berbeda dengan kebiasaan yang dilakukan di Indonesia, teh manis, kurma, dan kolak menjadi hidangan saat berbuka. Tentu dengan memasaknya sendiri. Setelah itu dilanjutkan dengan shalat Maghrib dan makan besar.

Namun terkadang, ada beberapa yang memilih untuk makan seusai shalat tarawih, yakni pada pukul 23.00. Makan malam sekaligus sahur, karena jeda usai shalat tarawih dan imsak sangatlah dekat.

Untuk salat tarawih biasanya dilakukan di kediaman masing-masing, meski Islamic Center pun juga terbuka untuk siapa pun yang ingin melakukan shalat tarawih.

 

Iqro Club

Islamic Center Bratislava terletak di tengah kota. Tempatnya berada di dalam gang yang diapit oleh klub dan restoran. Tempatnya tidak begitu besar, namun cukup menampung umat Muslim yang sekadar ingin menjalankan shalat lima waktu atau tarawih.

Meski diapit oleh berbagai klub, aktivitas keagamaan sama sekali tidak terganggu. Selain jadi tempat shalat, Islamic Center punya kegiatan Iqro Club, ajang belajar mengaji bersama para mualaf.

“Kegiatan ini tidak hanya dilakukan selama Ramadan, tapi sudah berjalan sejak awal 2017,” jelas dia.

Iqro Club berlangsung setiap Sabtu pagi selama 2-3 jam. Para mualaf yang berasal dari Rusia, Finlandia, dan lainnya belajar mengaji dengan mempelajari Iqro. Sementara mayoritas masyarakat dari Indonesia, Bosnia, dan Arab Saudi membantu para mualaf mengenal setiap huruf hijaiyah. Di tempat ini, setiap orang juga bisa mempelajari hal lain selama itu terkait dengan Islam, misalnya belajar bahasa Arab.

“Di luar itu, tidak ada kegiatan islami lain yang dilakukan. Hari-hari dijalani seperti biasa, suasana Ramadan pun tidak terasa karena jumlah umat muslim tidak begitu banyak,” ujar dia. Demikian selayaknya dikutip, Senin (12/6/2017).

 

 

 

 

sumber: antara

 


0 Komentar