Sabtu, 27 Mei 2017 15:22 WIB

Budi Luhur Muslim Conference 2017 soal Isu SARA Hasikan Tiga Kesepakatan

Editor : Yusuf Ibrahim
Isu SARA dibedah dalam diskusi Budi Luhur Muslim Conference (BLMC) 2017. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Isu SARA masih menarik diperbincangkan berbagai kalangan.

Karena itu, Universitas Budi Luhur (UBL) melalui Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Azzam membedahnya lewat agenda Budi Luhur Muslim Conference (BLMC) 2017. Tema yang diambil dalam kegiatan itu adalah “Peran Pemuda Islam dalam Menjaga Kebhinekaan”.

Ketua Panitia BLMC 2017, M. Khidrotul Hidayat, mengatakan tema itu diangkat karena selama ini isu SARA sudah banyak beredar dan menjadi alasan utama dimulainya suatu perpecahan. Padahal, hakikatnya SARA adalah kemajemukan yang menjadi kekuatan utama bangsa ini.

“Tujuan dan harapan dari diselenggarakannya acara ini adalah muncul kesatuan pemikiran dari berbagai sudut pandang yang berbeda, baik dari sisi pemuda yang diwakili para pelajar SMA dan mahasiswa umum, dari sisi aktivis sosial yang diwakili UKM dan organisasi mahasiswa dan juga dari sisi aktivis keagamaan yang diwakili FSLDK Jadebek (Forum Silaturahim LDK Jakarta Depok Bekasi),” kata Khidrotul Hidayat, Jumat (26/05/2017).

Sejumlah tokoh yang didaulat menjadi pembicara, antara lain Sejarawan Muslim, Alwi Alatas, Aktivis Indonesia tanpa JIL, Akmal Sjafril dan Direktur Eksekutif MacDIS Arya Sandhiyudha.

Sementara peserta yang hadir sebanyak 89 orang dan mereka merupakan mahasiswa dari kampus setempat dan eksternal serta SMA/SMK.

Setelah melalui diskusi panjang, ada beberapa kesepakatan yang diambil. Pertama, negara Indonesia adalah negara yang majemuk dengan mayoritas penduduknya beragama Islam.  

Karena itu, sudah semestinya Islam menjadi pemersatu bangsa sebagaimana yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh terdahulu yang berusaha membangun kemerdekaan negara ini.

Kedua, Islam adalah agama yang cinta damai, lalu berbagai aksi damai yang dilakukan sebelumnya didasarkan pada kecintaan terhadap Allah dan kecintaan terhadap negara ini.

Aksi Bela Islam dan Alquran juga bertujuan untuk menjaga keutuhan NKRI. Dengan adanya aksi ini diharapkan tidak sampai memecah belah persatuan dan kesatuan antar suku, agama, ras dan adat yang didasarkan pada prinsip saling toleransi satu sama lain.

Ketiga, sebagai seorang aktivis keagamaan, tidak boleh hanya berfokus pada ilmu agama saja, namun juga harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas terhadap cakrawala dunia.

Selain itu, melebarkan pemikiran dengan tetap berpegang teguh pada Alquran dan As-Sunnah merupakan cara agar dakwah tetap bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.(exe/ist)


0 Komentar