Senin, 27 Februari 2017 21:52 WIB

Raja Saudi Diharapkan Kurangi Ekstremisme

Editor : Yusuf Ibrahim
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz al-Saud. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kementerian Agama berupaya untuk mempertemukan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz al-Saud, untuk bertemu sejumlah tokoh lintas agama dalam kunjungannya ke Indonesia.

"Satu pertemuan penting, raja akan bertemu secara khusus dengan tokoh-tokoh agama, sedang dipersiapkan dengan tokoh agama lain. Ini kita upayakan agar bisa diwujudkan," kata Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, di lingkungan Istana Presiden, Jakarta, Senin (27/02/02017).

Raja Salman akan berada di Jakarta dan Bogor pada 1-3 Maret 2017, selanjutnya raja beserta 1.500 anggota delegasi, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran akan melakukan kunjungan wisata di Bali pada 4-9 Maret 2017. Kedatangan Raja Arab Saudi terakhir ke Indonesia adalah pada 1970.

"Ini kita sedang upayakan agar ada dialog dengan upaya kita memiliki persepsi sama mengurangi ekstremisme. Bagaimana moderasi kita kedepankan sehingga agama betul-betul kita rasakan manfaatnya dari sisi positif dalam menata peradaban dunia. Tidak justru sebaliknya agama dijadikan alat atau dipolitisasi untik tujuan tujuan pragmatis sekelompok orang saja," ungkap Lukman.

Tapi Lukman belum bisa menjelaskan detail pertemuan tersebut. "Ini sedang kita siapkan, tempatnya juga masih dalam tahap persiapan karena Raja ini kan banyak agendanya," tambah Lukman.

Dalam pertemuan Raja Salman dan Presiden Joko Widodo juga akan menyaksikan 10 nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Arab Saudi.

"Kaitannya dengan Kementerian Agama terkait peningkatan penyelenggaraan haji dan umroh dan terkait wakaf yang akan kami intensifkan untuk pendidikan keagamaan, kebudayaan dan khusus wakaf ada khusus nota kesepahaman yang akan ditindaklanjuti dalam program yang lebih konkrit," jelas Lukman.

Mengenai wakaf, menurut Lukman, Arab Saudi lebih berpengalaman untuk menggunakan wakaf sebagai sarana mensejahterakan masyarakat luas.

"Pengalaman Arab Saudi lebih kaya dan kita lebih tahap charity sedangkan kita belum produktif, jadi ini yang akan kita kembangkan ke depan agar wakaf bukan hanya untuk masjid, untuk sekolah, tapi juga usaha-usaha produktif sehingga nilai harta yang diwakafkan itu bisa lebih dirasakan oleh masyarakat luas," tambah Lukman.

Sehingga terbuka juga bagi pengusaha Arab Saudi untuk memberikan wakafnya ke Indonesia dalam bentuk pesantren, madrasah atau sekolah-sekolah. 

"Jadi kita akan lebih arahkan ke hal produktif karena nilai kemanfaatannya bisa lebih memiliki kesinambungan. Tidak tertutup kemungkinan juga kita akan menyampaikan terima kasih kita atas penambahan kuota tapi mengingat banyaknya antrian dan calon jamaah haji kami sampaikan usulan-usulan alternatif selain penambahan kuota agar WNI bisa lebih banyak yang bisa berhaji," jelas Lukman.

Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2016 Arab Saudi hanya sebesar 900 ribu dolar AS.

Nilai investasi tersebut menempatkan Arab Saudi di urutan ke-57, di bawah Afrika Selatan yang menanamkan modalnya sebesar 1 juta dolar AS dan Mali yang mampu menginvestasikan 1,1 juta dolar AS.

Dari sisi investasi, Arab Saudi memiliki potensi yang sangat besar. Para investor Saudi sangat identik dengan keluarga istana karena sebagian besar orang-orang kaya Saudi adalah keluarga istana.

Contohnya adalah Pangeran Walid bin Talal bin Abdul Aziz yang termasuk orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 20 miliar doar AS. Pada 2005 dia menyumbang Universitas Harvard dan Georgetown sebesar 40 juta dolar AS untuk pengembangan studi Islam.

Pada sisi lain kerja sama pendidikan di Indonesia lebih banyak diperankan oleh Lembaga Pendidikan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta yang rencananya akan dikembangkan di tiga wilayah di Indonesia.(exe/ist)


0 Komentar