Senin, 13 Februari 2017 23:31 WIB

Mantan Menlu Dipilih Jadi Presiden Jerman

Editor : Yusuf Ibrahim
Frank- Walter Steinmeier. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Frank- Walter Steinmeier, dipilih menjadi presiden baru, kemarin.

Pria berusia 61 tahun itu merupakan politisi paling popular di Jerman yang mewakili kebijakan ekonomi luar negeri Uni Eropa (UE) dan bertindak sebagai pendamai di negara itu. 

Bagi Partai Sosial Demokrat (SPD), pemilihan Steinmeier meningkatkan popularitas partai tersebut saat kandidat mereka yang lain, mantan ketua parlemen Eropa, Martin Schulz, maju sebagai penantang Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada pemilu September mendatang. 

Steinmeier sejak awal telah diprediksi menerima suara mayoritas setelah kubu konservatif Merkel sepakat mendukungnya menggantikan petahana Joachim Gauck, 77, yang mantan pastor dari Jerman Timur.

Voting itu digelar di dalam gedung kubah kaca Reichstag, Berlin, oleh 1.260 anggota khusus Majelis Federal yang terdiri atas para anggota parlemen nasional dan deputi yang dikirim dari 16 negara bagian Jerman. 

Dengan rambut seputih salju, kacamata bundar dan senyum lesung pipit, Steinmeier merupakan salah satu politisi paling terkenal di Jerman.

Dia pernah dua kali menjadi menlu di bawah Merkel selama total tujuh tahun. Dia juga dikenal dengan sikapnya yang kritis terhadap Donald Trump selama kampanye pemilu presiden Amerika Serikat (AS) lalu. 

Setelah Trump berada di Gedung Putih, Steinmeier memprediksi hubungan dengan AS akan lebih sulit. Saat Steinmeier bersiap menduduki posisi baru yang akan dipegang pada 19 Maret, dia berjanji akan menjadi penangkal terbaik untuk para tokoh populer.

Surat kabar Berliner Morgenpost juga telah menyebut Steinmeier sebagai presiden anti-Trump. 

Steinmeier pernah menjadi sasaran kecaman pada 2014 saat dia meneriaki para demonstran di Berlin yang menuduhnya sebagai pendukung perang dalam kebijakannya tentang Ukraina. 

”Sebagai menlu, Steinmeier sering bertindak sebagai suara akal sehat, menjembatani kesenjangan, dan mengumpulkan semua orang. Sangat mengejutkan Steinmeier menyebut dirinya sendiri sebagai anti-Trump,” ungkap pengamat politik, Michael Broening, dari lembaga think tank SPD, Friedrich Ebert Foundation, dikutip AFP.(exe/ist)