Kamis, 19 Januari 2017 11:50 WIB

Perlu Penguatan Fundamental Neraca Perdagangan

Editor : Rajaman
Ecky Muharam (ist)

JAKARTA. Tigapilarnews.com - Anggota Komisi XI DPR RI Ecky Awal Mucharam berharap agar fundamental neraca perdagangan dapat diperkuat. Hal disampaikan Ecky dalam menanggapi laporan BPS mengenai surplus neraca perdagangan.

Diketahui, sepanjang 2016, neraca perdagangan Indonesia suplus sekitar US$8,72 miliar, melonjak dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$7,6 miliar. Surplus neraca perdagangan pada 2016 terbantu oleh lonjakan dari perdagangan nonmigas, yang menembus US$14,4 miliar; sedangkan neraca perdagangan migas masih defisit hingga US$5,6 miliar.

“Walaupun mencatat surplus, neraca perdagangan yang terbentuk belum sepenuhnya menunjukkan perbaikan fundamental, baik di sisi ekspor maupun impor. Sebab keduanya masih melaporkan pertumbuhan negatif. Ekspor turun hampir 4 persen, di mana ekspor migas terkoreksi hampir 30 persen. Beruntung, ekspor nonmigas turun tidak lebih dari 1 persen,” jelas Ecky di gedung DPR, Kamis (1/19/2017).

Sementara itu, impor juga turun hingga 5 persen. Paling dalam terjadi pada impor bahan modal sekitar 9,7 persen dan barang baku/penolong turun sekitar 5,6 persen. Sementara di sisi lain, impor barang konsumsi, justru naik hampir 14 persen.

“Hal ini mengkhawatirkan, sebab artinya kondisi sektor industri manufaktur mengalami kelesuan yang akan memengaruhi penyerapan tenaga kerja” tambah Ecky.

Meski demikian, Ecky menilai surplus neraca perdagangan menjadi kabar baik di tengah-tengah kondisi ekonomi global yang masih memunculkan ketidakpastian.

“Surplus ini diharapkan dapat menekan defisit neraca transaksi berjalan. Ecky menjelaskan bahwa struktur neraca transaksi berjalan kita sangatlah rapuh. Kita hanya bertumpu pada kekuatan neraca perdagangan,” jelasnya.

Ecky menjelaskan jenis-jenis neraca lainnya menjadi pencetak defisit adalah neraca jasa dan neraca pendapatan. Aktivitas yang terkait neraca jasa masih didominasi oleh impor jasa dibandingkan dengan ekspor jasa. Sementara defisit neraca pendapatan lebih disebabkan oleh tingginya pembayaran pendapatan dari aktivitas investasi, baik FDI maupun portofolio.

“Pemerintah diharapkan dapat meluaskan jangkauan pasar ekspor untuk memperbaiki surplus neraca perdagangan ke depan. Jangan hanya puas dengan pada partner-partner perdagangan utama saja. Saya menyarankan pemerintah perlu memperkuat market intelligent yang dapat memetakan kebutuhan pasar setiap negara. Kerjasama antara duta besar, BKPM, hingga diaspora Indonesia patut dipertimbangkan,” tutup Ecky.
 


0 Komentar