Rabu, 24 Agustus 2016 08:30 WIB

Li Yongbo Disalahkan, Tiga Pebulutangkis Senior China Akan Pensiun

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kegagalan China mempertahankan dominasinya di cabang bulu tangkis Olimpiade pada Rio 2016, mendapat kritik pedas dari media massa setempat.

Pelatih kepala tim bulu tangkis China, Li Yongbo pun jadi sasaran tembak dan dituntut untuk mundur dari jabatannya. Empat tahun setelah menyapu bersih medali emas dari lima nomor cabang bulu tangkis di Olimpiade London 2012.

Kontingen China hanya mampu mempertahankan dua nomor di antaranya pada Olimpiade Rio 2016, yakni di sektor tunggal putra (Chen Long) dan ganda putra (Zhang Nan/Fu Haifeng).

Banyak yang bilang, hasil ini ikut dipengaruhi oleh jumlah maksimal dua atlet dari satu negara yang diperbolehkan tampil di setiap nomor cabang bulu tangkis Olimpiade. Akan tetapi, tidak berdayanya para pemain tunggal putri dan ganda putri serta ganda campuran China, jelas merupakan sebuah langkah mundur dari dinasti panjang mereka.

Li Yongbo yakni kini menjadi pelatih kepala tim bulu tangkis China sejak satu dekade terakhir, kali ini jadi kambing hitam menurunnya prestasi cabang ini di Rio 2016. Media massa di Negeri Tirai Bambu pun menuntut pertanggung jawaban dirinya dengan legawa mundur dari jabatannya.

Menurut media massa di China seperti dilaporkan oleh Straits Times, dengan persaingan yang semakin ketat, bulu tangkis mereka akan menghadapi tantangan yang lebih hebat lagi pada Olimpiade Tokyo 2020.

Apalagi tiga pemain senior mereka kemungkinan bakal pensiun sebelum Olimpiade Tokyo 2020 digelar. Fu Haifeng, yang pada 2012 juga meraih medali emas nomor ganda putra tapi bersama Cai Yun. Plus legenda tunggal putra China, Lin Dan, telah dipastikan tak memperkuat Negeri Tirai Bambu lagi di pesta olah raga bangsa-bangsa sedunia empat tahun mendatang.

Sedang satu lagi yang diprediksi juga bakal gantung raket sebelum Tokyo 2020 adalah Zhao Yunlei. Dia meraih medali emas ganda campuran bersama Zhang Nan dan medali emas ganda putri dengan Tian Qing di London 2012. Tapi di Rio 2016, pebulu tangkis 29 tahun itu hanya kedapatan medali perunggu ganda campuran bersama Zhang Nan.

Akan tetapi Li Yongbo sesumbar bahwa bulu tangkis China tidak akan pernah takut melewati peralihan dari generasi emas ke generasi muda. “Terkadang Anda kuat, terkadang Anda mesti mengalami kemunduran,” imbuh Li kepada Reuters.

“Indonesia dulu kuat dan begitu juga dengan Denmark. Lalu China menanjak, tapi sejumlah pemain juara kami pensiun dan generasi selanjutnya muncul agak lambat. Jadi akan selalu ada kesulitan dan ini normal,” imbuhnya.

Peraih medali perunggu ganda putra Olimpiade Barcelona 1992 bersama Tian Bingyi itu lebih lanjut menjelaskan, China masih akan memiliki pemain kelas atas di masa depan karena punya banyak pemain junior yang berkompetisi di level tinggi.

"Usai Olimpiade ini (Rio 2016), generasi kami berikutnya akan kuat. Untuk negara yang ingin mempertahankan keunggulan mereka, pasti perlu menekankan pengembangan bakat sistemik dan sistem pelatihan yang sangat baik. China memiliki itu, jadi saya tidak khawatir tentang masa depan.”

Lantas bagaimana dengan lepasnya tiga medali emas dari tiga nomor cabang bulu tangkis di Rio 2016 yang tadinya dikuasai China pada London 2012. Yakni lewat ganda campuran Indonesia (Tontowi Ahmad/Lilyana Natsri), lalu tunggal putri Spanyol (Carolina Marin) serta ganda putri Jepang (Ayaka Takahashi/Misaki Matsumoto).

“Bulu tangkis berkembang di semua sisi. Tapi tidak ada gunanya menilai kemajuan orang lain, karena yang terpenting adalah berkonsentrasi pada masalah Anda sendiri. Adalah adil untuk mengatakan kami memiliki lebih banyak kesulitan ketimbang sebelumnya. Tapi itu tidak berarti kami (China) akan jatuh di belakang. Ini hanyalah soal orang lain mengalami kemajuan, jadi kami masih harus terus bekerja keras,” tandas pria 53 tahun itu.(exe/ist)
0 Komentar